Kamis, 06 Januari 2011

SL PTT

SEKOLAH LAPANG - PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU
Lokasi Lab SL


Sekolah Lapang


SL- Keg. Tanam
Bibit 20 Hari
Definisi
SL-PTT adalah sekolah yang diselenggarakan di lapangan dengan petani sebagai peserta dan Penyuluh sebagai pemandu lapangan bersama-sama untuk menerapkan PTT dan lahan usahatani sebagai sarana belajar.

Tujuan
Tujuan khusus SL-PTT adalah :
-          Petani dan masyarakat desa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keahliannya melalui proses belajar selama satu siklus perkembangan tanaman padi
-          Kelompok tani pelaksana SL-PTT diharapkan dapat membuat rencana kerja kelompok dan memasyarakatkan teknologi PTT

Komponen Teknologi SL-PTT
1.      Varietas unggul baru
2.      Benih bermutu : daya kecambah 90 %
3.      Bibit muda (< 21 HSS)
4.      Jumlah bibit yang di tanam 1-3 batang per lubang, tanam dangkal dengan sistem legowo 2:1, 4:1, populasi minimum 250.000 rumpun/ha
5.      Pemupukan N berdasarkan BWD (Bagan Warna Daun)
6.      Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah
7.      Bahan organik (kompos jerami 5 ton/ha atau pupuk kandang 2 ton/ha)
8.      Pengairan berselang (intermitent irrigation)
9.      Pengendalian gulma secara terpadu
10.  Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
11.  Panen dan pasca panen menggunakan alat perontok


1.      PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL

Varietas padi merupakan salah satu teknologi utama yang mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang telah dilepas pemerintah, petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi.
Varietas padi merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini murah dan penggunaannya sangat praktis. Varietas-varietas padi yang paling luas ditanam petani :

No
Varietas
Hasil (Ton/Ha)
Umur Tanaman (Hari)
Ketahanan terhadap penyakit
Kandungan Amilosa
1
IR64
5
115
BPH 1, 2
sedang
2
Ciherang
8,5
125
BPH 2, 3 ; BLB
sedang
3
Ciliwung
4,8
121
BPH 1, 2 ; BLB
sedang
4
Way Apo Buru
8
125
BPH 2, 3 ; BLB
sedang
5
IR 42
5.5
145
BPH 1, 2
Tinggi
6
Widas
7
120
BPH 1, 2, 3 ; BLB
sedang
7
Membramo
6,5
120
BPH 1, 2, 3 ; BLB
Rendah
8
Cisadane
5,5
120
BPH 1, 3
Sedang
9
IR66
5
120
BPH 1, 2, 3 ; RTV
Tinggi

Keterangan : BPH =  wereng coklat
                      BPB = Blast

2.      BENIH BERMUTU

Penggunaan benih bersertifikat sangat disarankan, karena :
1.      Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak
2.      Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam
3.      Ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan kuat
4.      Benih yang baik akan memperoleh hasil yang tinggi
Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek batang, perlakukan benih dengan pestisida berbahan aktif fipronil. Perlakukan pestisida ini juga dapat membantu mengendalikan keong mas.


3.      BIBIT MUDA
Bibit muda akan menghasilkan anakan lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. Untuk mendapatkan bibit dan pertumbuhan tanaman yang baik perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a.      Persiapan pembibitan :
-          Benih direndam selama 24 jam
-          Pisahkan antara benih yang berisi dan yang tidak
-          Tiriskan selama 48 jam
-          Bedengan pembibitan dibuat dengan lebar 1 - 1,2 m dengan panjang sesuai lahan
-          Luas pembibitan 400 m2/ha, untuk ditebari 20 – 25 kg benih
-          Usahakan agar lokasi pembibitan dekat dengan sumber air dan memiliki drainase yang baik, agar tempat pembibitan bisa cepat diairi dan cepat pula dikeringkan bilamana perlu
b.      Penggunaan bahan organik pada pembibitan :
-          Campurkan bahan organik seperti kompos/pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2 bedengan
-          Penambahan bahan organik memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar dapat dikurangi
c.       Lindungi bibit padi dari serangan hama :
-          Buat pagar plastik mengelilingi tempat pembibitan untuk mencegah serangan tikus
-          Tempat pembibitan masing-masing petani usahakan berdekatan atau dibuat satu lokasi pembibitan
-          Pasang bubu perangkap pada pagar plastik untuk mengendalikan tikus sejak dini

4.      JUMLAH BIBIT DAN SISTEM LEGOWO
Jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Lebih banyak jumlah bibit per rumpun yang ditanam, kompetisi antar bibit akan lebih tinggi.
5.      PEMUPUKAN N BERDASARKAN BWD
Penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
Penggunaan BWD untuk menentukan aplikasi pupuk N, dapat dilakukan dengan 2 cara :
1.      Waktu pemupukan ditetapkan terlebih dahulu (fixed time), yaitu saat fase anakan aktif dan primordia, pembacaan BWD untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah diaplikasikan

2.      Waktu pemupukan berdasarkan pembacaan BWD yang sebenarnya (real time), yaitu pembacaan BWD dimulai ketika tanaman 14 HST, kemudian secara periodik diulangi 7-10 hari sekali
 





6.      PEMUPUKAN P DAN K BERDASARKAN STATUS HARA TANAH
Mengukur hara P & K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia dapat menggunakan metoda PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah), Petak omisi (omission plot).
7.      BAHAN ORGANIK
Pupuk organik yang telah dikomposkan berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat, sehingga pupuk organik diperlukan dalam jumlah cukup banyak.
8.      PENGAIRAN BERSELANG (INTERMITTENT IRRIGATION)
Pengairan berselang adalah pengaturan air berselang sehingga lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi ini bertujuan untuk :
1.      Menghemat air sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas
2.      Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam
3.      Mencegah timbulnya keracunan besi
4.      Mencegah penimbunan asam organik yang menghambat perkembangan akar
5.      Mengaktifkan mikroba yang bermanfaat
6.      Mengurangi kerebahan
7.      Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif
8.      Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
9.      Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah
10.  Memudahkan pengendalian hama keong mas
11.  Mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang
12.  Mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus
9.      PENGENDALIAN HAMA SECARA TERPADU
Pengendalian Hama Terpadu (HPT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam. Hama dan penyakit utama pada lahan sawah berturut-turut yaitu tikus, wereng coklat, penggerek batang, tungro, hawar daun bakteri dan keong mas.
10.  PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN
Keg. Panen Ubinan

Hasil Ubinan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar