Jumat, 04 Mei 2012

PEMANFAATAN DAUN MIMBA (Azadirachta indica)



Indonesia mempunyai banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan antara lain daun peci beling, daun kumis kucing, daun sirih, rimpang kunyit, rimpang temulawak, cengkeh dan salahsatunya yaitu tanaman mimba (Azadirachta indica) (Rukmana, 2002).
Tanaman mimba tidak menghasilkan buah yang enak dimakan atau daun yang enak disayur. Bagian tanaman yang banyak dimanfaatkan adalah biji, yaitu digunakan sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan dan tidak mempunyai efek racun bagi manusia serta tidak membunuh hewan lain yang bukan sasaran. Bagian tanaman lain yang banyak digunakan adalah daun mimba, terutama dimanfaatkan sebagai obat (Sukarsono, 2003). Menurut Hutapea (1993), daun Azadirachta indica berkhasiat sebagai obat demam dan untuk menguatkan badan. Keadaan demam sejak zaman Hippocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit. Demam adalah manifestasi sistemik yang sering terlihat pada respon peradangan dan merupakan gejala utama penyakit infeksi. Salahsatu penyakit infeksi yang terjadi di masyarakat dan dapat mengakibatkan demam adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang salahsatunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Daun Mimba rasanya pahit, berkhasiat sebagai penurun panas (antipiretik) dan antirematik. Kandungan kimia daun mimba antara lain azachdirichtin, minyak gliserda, asam asetiloksituranoe, dan senyawa lain untuk mengobati diabetes mellitus, hepatitis, kanker, liver, eksim dan penambah nafsu makan. Daun Mimba juga mengandung bahan aktif flavonoida, triterpenoid, glokosida, dan senyawa antivirus (Agus, 2011).

Klasifikasi Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman mimba menurut Rukmana (2002), adalah sebagai berikut :
Devisio            : Spermatophyta
Sub devisio     : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledone
Ordo                : Rutales
Famili              : Meliaceae
Genus              : Azadirachta
Spesies            : Azadirachta indica A. Juss
Berdasarkan literatur yang ada dari famili meliaceae, telah dikenal tiga tanaman kerabat dekat tanaman mimba yaitu tanaman mindi (Melia azedarach), suren (Toona sureni) danXylocarpos molucensis. Dibandingkan ketiga jenis tanaman tersebut, akhir-akhir ini tanaman mimba paling banyak diteliti karena bahan aktif yang terdapat di dalamnya sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional (Rukmanan, 2002).
Sejarah Mimba di Indonesia
Menurut Rukmana (2002), daerah utama tanaman mimba adalah di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Plasma nutfah tanaman mimba banyak ditemukan di India dan Thailand. Menurut Sukarsono (2003), beberapa ahli berpendapat bahwa mimba merupakan tanaman asli India. Ahli lainnya menyatakan bahwa mimba tersebar di hutan-hutan diwilayah Asia Tenggara dan Asia Seletan termasuk Pakistan, Srilanka, Thailand, Malaysia serta Indonesia.
Tanaman mimba banyak terdapat di jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali dan NTB. Pada umumnya tanaman mimba digunakan sebagai tanaman peneduh jalan, sering dijumpai di tepi-tepi jalan di kota-kota yang panas dan kering misalnya Jepara, Rembang, Situbondo dan Pamekasan. Di Indonesia, mimba paling banyak ditanam di Bali jumlahnya diperkirakan kurang lebih 500.000 pohon (Kardinan dan Ruhnayat, 2003). Tanaman mimba dikenal sebagai “Neeb” dalam bahasa Urdu dan Hindi, “Mimba” dalam bahasa Sansekerta, “Neeb” dalam bahasa Arab, “Azaddirecsit” dalam bahasa Persia dan “Margosa” dalam bahasa Inggris. Di Indonesia dikenal sebagai mimba (Heyne, 1987).

Morfologi Tanaman Mimba
Tabel . Morfologi Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Bagian Tanaman
Penjabaran
Habitus
Pohon, tinggi 10-15 m.
Batang
Tegak, berkayu bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial, coklat.
Daun
Majemuk, berhadapan, lonjong, melengkung, tepi bergerigi, ujung lancip, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai panjang 8-20 cm, hijau.
Bunga
Majemuk, berkelamin dua, di ujung cabang, tangkai silindris, panjang 8-15 cm, kelopak hijau, benang sari silindris, puih kekuningan, putik lonjong, coklat muda, mahkota halus, putih.
Buah
Bulat telur, hijau.
Biji
Bulat, diameter ± 1 cm, putih.
Akar
Tunggang, coklat.
(Hutapea, 1993)
Komposisi Kimia Daun Mimba
Daun dan kulit Azadirachta indica mengandung saponin, di samping itu daunnya juga mengandung flavonoida dan tanin (Hutapea, 1993).
1.       1. Tanin
Tanin yang dikandung mimba merupakan kelompok derivat dari fenol yang mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Senyawa fenol cenderung larut air karena pada umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida yang biasanya terdapat dalam vakuola sel dan kelarutannya dalam air akan bertambah jika gugus hidroksil semakin banyak. Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal (Sihombing, 2000).
Tanin juga berfungsi sebagai desinfektan yang mampu menghambat pertumbuhan organisme (bakteriostatik) dan mampu mematikan suatu organisme. Adapun fungsi tanin yaitu sebagai pelindung dehidrasi, proses pembusukan, dan mengurangi pembengkakan. Pada kadar tanin yang tinggi, tanin mempunyai arti pertahanan pada tumbuhan yaitu mengusir hewan pemangsa tumbuhan. Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma sehingga apabila hewan memakan tumbuhan yang mengandung tanin, maka reaksi penyamakan akan terjadi. Reaksi penyamakan inilah yang akan menyebabkan jaringan pada hewan akan rusak. Oleh karena itu, sebagaian besar tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh herbivora karena rasanya yang sepat (Harbourne, 1989).
1.       2. Flavonoid
Flavonoid adalah salah satu grup dari polifenol alami yang terdiri dari 3000 struktur yang mempunyai inti flavon C-15 yang sama yaitu dua cincin benzene (A dan B) yang berikatan dengan oksigen. Efek medicinal dari flavonoid mencakup efek meningkatkan integritas vaskuler, anti trombotik, vasodilator, antivirus (Robinson, 1995). Menurut Jawetz et al., (1992) fenol dan banyak senyawa fenolik merupakan unsur-unsur antibakteri yang kuat. Pada konsentrasi yang biasa digunakan, fenol dan derivatnya menimbulkan denaturasi protein. Dari kandungan flavonoidnya inilah, daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) dapat digunakan sebagai antimikroba.
1.       3. Saponin
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004), glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida saponin bisa berupa saponin steroid atau saponin triterpenoida. Saponin tersebar luas di antara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk, menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi hemolisis.
Saponin jika terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin yang merupakan senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang berpotensi keras atau beracun seringkali disebut sapotoksin. Saponin mengakibatkan hemolisis, sehingga relatif berbahaya bagi semua organisme bila saponin diberikan secara parenteral. Setengah sampai beberapa mg/kgBB saponin dapat berakibat fatal dan mematikan pada pemberian intravena. Begitupula pemakaian sterol-saponin kompleks dalam jangka panjang akan mematikan bila diberikan secara parenteral. Pengaruh terhadap alat pernapasan dapat dibuktikan dengan kenyataan digunakannya obat yang mengandung saponin untuk mencari ikan oleh rakyat yang primitif. Kadar saponin yang sangat kecil pun mampu melumpuhkan fungsi pernafasan dari insang (Gunawan dan Mulyani, 2004). Saponin memiliki kegunaan dalam pengobatan, terutama karena sifatnya yang mempengaruhi absorbsi zat aktif secara farmakologis.
Kegunaan Tanaman Mimba
Selain biji, daun mimba mempunyai manfaat yang banyak terutama dalam dunia kesehatan. Penggunaan secara tradisional di Indonesia kurang populer. Hal ini karena masih rendahnya hasil penelitian yang mendukung penggunaan mimba sebagai tanaman obat. Tanaman obat di Indonesia berkembang secara turun-temurun berdasar pengalaman. Menurut Hutapea (1993), daun Azadirachta indica berkhasiat sebagai obat untuk mengatasi demam dan untuk menguatkan badan. Untuk obat demam dipakai kira-kira 10 gram daun segar Azadirachta indica, dicuci, kemudian direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah hasil rebusan tersebut dingin, kemudian disaring. Hasil dari saringan tersebut diminum sekaligus.
Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) mengandung zat-zat aktif seperti flavonoid, tanin dan saponin. Flavonoid adalah salah satu grup dari polivenol alami (Robinson, 1995). Jawetz et al., (1992), menyatakan fenol dan banyak senyawa fenolik merupakan unsur-unsur antibakteri yang kuat. Daun mimba mempengaruhi pertumbuhan Staphylococcus aureus, yaitu salah satu bakteri penyebab ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) semakin tinggi konsentrasi dekok daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) maka akan semakin rendah pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus. Akibat kerja dari flavonoid, tanin, dan saponin yang terdapat dalam daun mimba, menyebabkan rusaknya membran sitoplasma Staphylococcus aureus. Rusaknya membran sitoplasma menyebabkan  ion anorganik yang penting , nukleotida, koenzim, dan asam amino merembes keluar sel, serta mencegah masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi (Volk dan Wheeler, 1993).
Pembudidayaan Mimba (Azadirachta indica A. Juss).
Pembudidayaan  tumbuhan mimba dapat ditempuh dengan cara:
1.       Memilih bibit yang unggul, sehingga diperoleh tumbuhan mimba yang tahan hama serta menghasilkan daun yang bagus dan sehat.
2.      Setelah diperoleh bibit, kita bisa menyiapkan tanah untuk pembibitan. Pilih tanah yang gembur dan mempunyai unsur hara yang cukup. Campur tanah dengan pupuk kimia atau pupuk kompos secukupnya dan aduk sampai semua campuran tercampur dan merata.
3.      Masukkan tanah kedalam pollibag  yang sudah dilubangi bagian bawahnya sebagai saluran keluarnya air. Setelah semuanya selesai, tanam bibit tumbuhan mimba ke dalam pollibag atau pot yang sudah diisi tanah.
4.      Letakkan bibit yang sudah ditanam pada tempat yang mendapat cukup cahaya matahari dan sirami tanaman secara teratur.
5.      Diperiksa apakah ada serangga atau hama yang merusak tanaman mimba tersebut, dan digunakan pestisida yang aman untuk membasmi hama dan serangga apabila diperlukan. Apabila tumbuhan sudah mulai besar bisa dipindahkan kedalam pot ataupun langsung ditanam di tanah atau lahan yang tersedia.

Agro, 2011. Daun mimba. agroklinik.wordpress.com. 
http://jamu.biologi.ub.ac.id

Jumat, 27 April 2012

Pembenihan Kentang G-0



3.1.1        Perbanyakan Benih Kentang
Bibit Tanaman kentang G0 dapat berasal dari plantlet, umbi, perbanyakan melalui stek batang dan stek tunas daun.
a.       Plantlet
Plantlet berasal dari kultur jaringan yang dikembangkan oleh Balai Pengembangan Benih Kentang ( BPBK ) Pangalengan.


b.      Umbi
Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas unggul. Umbi disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik (kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25º C. Pilih umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas.
Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja. Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam. Berat bibit antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa dan dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi yang dibelah harus direndam dulu di dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10 menit. Walaupun pembelahan menghemat bibit, tetapi bibit yang dibelah menghasilkan umbi yang lebih sedikit daripada yang tidak dibelah. Hal tersebut harus diperhitungkan secara ekonomis.


c.       Stek Batang dan Stek Tunas
Cara ini tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan waktu lebih lama. Bahan tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus ditanam di dalam pot. Pengambilan stek baru dapat dilakukan jika tanaman telah berumur 1-1,5 bulan dengan tinggi 25-30 cm. Stek disemaikan di persemaian. Apabila bibit menggunakan hasil stek batang atau tunas daun, ambil dari tanaman yang sehat dan baik pertumbuhannya.



3.1.2        Penanaman dan Pemupukan Dasar
Penanaman bibit di lakukan secara aeroponik dan konvensional. Penanaman secara konvensional dilakukan dalam seedbed dengan populasi 160 tanaman per seedbed.
Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram.
Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni, jika lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan. Penanaman dilakukan dipagi/sore hari.
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst.

3.1.3        Pemeliharaan Tanaman Kentang
a.       Penyulaman
Untuk mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati/kurang baik tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama.

b.      Penyiangan
Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi.

c.       Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk pembentukan umbi dan pembungaan.

3.1.4        Pemupukan
Selain pupuk organik, maka pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan NPK dengan dosis 150 gr/seedbed, SP dengan dosis 75 g/seedbed. Secara umum pemberian pupuk organik dan anorganik adalah sebagai berikut:
-          Pupuk kandang: saat tanam 15.000-20.000 kg.
-          Pupuk anorganik Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah tanam 165/365 kg. SP-36: saat tanam 400 kg. KCl: 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg.
Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.
Pupuk anorganik diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari batang tanaman kentang.


3.1.5        Pengairan
Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan dengan cara irigasi sprinkler.

3.1.6        Hama dan Penyakit
1)      Hama
-          Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun dengan memakan bagian epidermis dan jaringan hingga habis daunnya. Pengendalian: (1) mekanis dengan memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion 50 EC.
-          Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus bagi tanaman kedelai. Pengendalian: dengan cara memotong dan membakar daun yang terinfeksi, menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
-          Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: menggunakan tepung Sevin 85 S yang dicampur dengan pupuk kandang.

-          Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, akan terlihat adanya lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian: secara kimia menggunakan Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC, Orthene &5 SP, Lammnate L.
-          Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, selanjutnya berubah menjadi abu-abu perak dan kemudian mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara memangkas bagian daun yang terserang; (2) secara kimia menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP.

2)      Penyakit
-          Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah, lalu bercak-bercak ini akan berkembang dan warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium. Selanjutnya daun akan membusuk dan mati. Pengendalian: menggunakan Antracol 70 WP, Dithane M-45, Brestan 60, Polyram 80 WP, Velimek 80 WP dan lain-lain.
-          Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian: dengan cara menjaga sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pemberantasan secara kimia dapat menggunkan bakterisida, Agrimycin atu Agrept 25 WP.
-          Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Pada bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik.
-          Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: infeksi pada umbi menyebabkan busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: dengan menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran. Pengendalian kimia dengan Benlate.
-          Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang biak di daerah kering. Gejala: daun terinfeksi berbercak kecil yang tersebar tidak teratur, berwarna coklat tua, lalu meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian: dengan pergiliran tanaman.
-          Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, memberantas vektor dan pergiliran tanaman.

3.1.7        Panen dan Pasca Panen
-          Ciri dan Umur Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.

-          Cara Panen
Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen.

3.1.8        Penyortiran dan Pengolongan
Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit. Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varietas).

3.1.9        Penyimpanan
Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, dir uangan tempat penyimpanan (Coolstorage) dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri. Simpan di tempat yang tertutup dan berventilasi.


Jumat, 30 Maret 2012

Praktek Pembuatan Mochi di Kelompok Wanita Tani "ANGGREK" Kecamatan Sukabumi


     Sebagaimana diketahui Sukabumi merupakan sentra produksi komoditi unggulan dan khas yaitu mochi. Dimana selama proses produksi mochi tersebut menghasilkan nilai tambah sehingga dapat dikembangkan menjadi usaha yang menggunakan bahan baku lokal dan banyak melibatkan banyak orang. Secara umum aktivitas industri mochi dilaksanakan pada skala kecil dan merupakan wadah kegiatan ekonomi yang digeluti banyak orang dan secara tradisional merupakan potensi rakyat yang memiliki dampak positif seperti sumbangan terhadap peningkatan pendapatan keluarga, penyerapan tenaga kerja baik dari keluarga maupun bukan keluarga dan memberikan kontribusi dalam mendorong ekonomi lokal.

     Kelompok Wanita Tani "Anggrek" yang terletak di desa Sukajaya Kecamatan Sukabumi memiliki bidang usaha pengrajin besek Mochi. untuk pengembangan usaha maka dilakukan penyuluhan praktek pembuatan mochi. diharapkan kelompok mampu membuat sendiri kue mochi sebagai pengembangan dari usaha besek mochi yang selama ini dijalankan.
Besek mochi y dibuat biasanya seharga Rp. 150/besek untuk dijual ke pabrik-pabrik mochi yang ada di Sukabumi. Dengan memproduksi sendiri kue mochi maka kelompok diharapkan mampu menambah keuntungan dan meningkatkan pendapatan keluarga.

Resep Kue Mochi 
Bahan Kulit:
  • 150 g tepung ketan
  • 30 g tepung beras
  • 60 g gula pasir
  • 250 ml air
  • 1 sdm air kapur sirih
  • ¼ sdt garam halus
  • ½ sdt vanilla pasta/bubuk
Bahan Isi:
  • 200 g kacang tanah, sangrai, haluskan
  • 100 g selai kacang/pindakas
  • 1 sdm susu kental manis
  • 3 sdm gula halus
Pelengkap:
  • 100 g tepung maizena, sngrai 7 menit dengan api kecil
Cara Membuat:
1.      Kulit: Campur tepung ketan, tepung beras, gula pasir, air kapur sirih, vanili dan garam. Aduk rata. Tuang air sedikit demi sedikit sambil diuleni hingga adonan kalis.
2.      Letakan adonan di dalam loyang atau pinggan tahan panas. Kukus selama 15 menit. Keluarkan, aduk-aduk selama 2 menit. Kukus kembali adonan selama 20 menit atau hingga adonan benar-benar matang. Angkat. Diamkan hingga adonan hangat (suam-suam kuku).
3.      Ambil sejumput aonan, beri satu sendok teh bahan isi, bentuk bulat. Gulingkan ke atas tepung maizena yang telah disangrai. Atur di dalam pinggan saji. Hidangkan.
4.      Isi: campur semua bahan isi, aduk rata.
Untuk 40 Buah
Sumber : http://resep-dapur-online.blogspot.com