Kamis, 06 Januari 2011

ANALISA USAHA

Asumsi Usaha penggemukan domba
  • penggemukan per unit kandang berisi 20 ekor
  • masa penggemukan 60 hari (1 periode)
  • berat awal rata-rata 20 kg/ekor
  • berat akhir pemeliharaan rata-rata 35 kg/ekor dengan prosentase karkas 45% harga karkas (disembelih) Rp. 40.000,-,
  • harga jual hasil penggemukan Rp. 500.000,-/ekor
  • harga bibit/bakalan Rp. 250.000/ekor
  • umur ekonomis kandang dan peralatan selama 20 periode
  • harga kotoran (pupuk) bernilai Rp. 300.000/ periode pemeliharaan
1. BIAYA
Uraian
Jumlah
A. Biaya Investasi
1
Kandang
Rp. 4.500.000
2
Peralatan
Rp. 1.000.000
3
Sewa Lahan
Rp. 1.500.000
Total Investasi
Rp. 7.000.000
B. Biaya Tetap
1
Penyusutan kandang (Rp.4.500.000/20)
Rp.    225.000
2
Penyusutan Peralatan (Rp.1.000.000/20)
Rp.       50.000
Total Biaya Tetap
Rp.     275.000
C. Biaya Variabel
1
Biaya bibit/bakalan (30 ekor x Rp.225.000)
Rp.  6.750.000
2
Hijauan pakan ternak (60 hari x 30 ekor x 4kg x Rp.100)
Rp.     720.000
3
Pakan konsentrat (60 hari x 30ekor x 0,250kg x Rp. 1.800)
Rp.  3.150.000
4
Obat-obatan (30 ekor x Rp.5.000,-)
Rp.     150.000
5
Upah Tenaga Kerja (1 orang x Rp. 1.500.000)
Rp.  1.500.000
6
Listrik
Rp.     200.000
7
Air
Rp.     300.000
8
Transport
Rp.     500.000
Total Biaya Variabel
Rp.10.930.000
D. Biaya Total (biaya tetap + biaya variable)
Rp.11.205.000
E. Modal Usaha (biaya investasi + biaya total)
Rp.18.205.000 

2. PENERIMAAN
No
Uraian
Jumlah
1
30 ekor x Rp. 500.000
Rp. 15.000.000
2
Kotoran (pupuk)
Rp.      300.000
Total
Rp. 15.300.000 

3. ANALISA LABA-RUGI
 Keuntungan = Hasil Penerimaan-Biaya Total (15.300.000-11.205.000) = Rp. 4.095.000

4. KEUNTUNGAN BILA DIJUAL DALAM BENTUK KARKAS
 - Tambahan biaya pemotongan (30 ekor x Rp. 25.000,-)                  Rp.       750.000
 - Penerimaan:
   a. nilai karkas (30 ekor x 0,45 x 35kg x Rp.40.000)                      Rp. 18.900.000
   b. kulit dan jeroan (30 ekor x Rp. 100.000)                                   Rp.   3.000.000
   c. nilai kotoran (pupuk)                                                                  Rp.      300.000
                Total                                                                                Rp. 22.200.000

Keuntungan Rp.22.200.000-Rp.750.000-Rp.11.205.000    = Rp.    10.245.000

PENGGMEMUKAN DOMBA



PENDAHULUAN
Cara penggemukan domba sebenarnya tidak sulit. Namun ada beberapa hal
yang harus diperhatikan peternak agar usaha penggemukan ini lebih
menguntungkan.

1. BIBIT
Bibit domba harus sehat dan tidak cacat penampilan fisiknya harus baik,
bulunya harus tampak seperti basah, kakinya tegak dan besar, dan
moncongnya tumpul.
Sebaiknya dipilih domba jantan untuk digemukkan karena pertumbuhannya
lebih cepat dan pada yang betina. Domba jantan itu harus dipilih yang baru
lepas sapih (berumur 6-8 Bulan), giginya masih rapat dan belum tanggal, dan
berat rata-ratanya 20 kg. Misalnya yang umurnya 12 bulan atau sedang
tanggal gigi, biasanya mengaIami masa stress dan bobotnya juga turun,
sehingga menggangu proses penggemukan.
Bibit domba jantan ini juga dipilih yang tidak bertanduk dan sifatnya tenang,
karena domba yang bertanduk mempunyai naluri berkelahi yang tinggi dan
pertumbuhannya cenderung lebih lambat. Pada akhir masa penggemukan,
berat domba bertanduk bisa berbeda 1-2 kg lebih rendah dibandingkan
dengan yang tidak bertanduk: Kerugian lain, domba bertanduk sering
merusak kandang.
Domba yang akan digemukkan ukurannya besar atau kecil tidak jadi
masalah, yang penting harganya murah Pertimbangannya kalau dijual akan
lebih menguntungkan.

2. PENCEGAHAN KESEHATAN
Domba harus juga dijaga dan dirawat kesehatannya sejak awal. Lingkungan
nyapun dihindarkan agar tidak sampai menimbulkan stress. Untuk itu
pengobatan pencegahan perlu dilakukan ketika bibit baru datang, sebelum
dimasukkan kedalam kandang. Biasanya dengan pengobatan sekali itu, bibit
domba yang akan digemukkan tidak terkena penyakit ataupun stress sampai
masa penggemukan berakhir.
Domba yang baru datang harus langsung dicukur bulunya, Agar bibit
penyakit, kutu, dan parasit. lain bisa segera terbasmi.
Dengan pencukuran ini, hasil dari penggemukanpun langsung terlihat mahal,
bila setiap periode penggemukan hasil bulu cukurannya banyak, bisa dijual
untuk menambah penghasilan. Setelah dicukur, domba langsung dimandikan
sampai bersih dari semua kotoran yang melekat hilang. Untuk mencegah
penyakit, domba disuntik antibiotik dari obat cacing. Terakhir, untuk
mencegah stress, bibit domba itu diberi obat anti stress.

3. PENGATURAN PAKAN
Pada tahap awal penggemukan atau penyesuaian, yaitu sejak domba masuk
kandang sampai 7 minggu, pertama, setiap ekor domba per harinya diberi
konsentrat 1,5-2 ons, ampas tahu 7 on dan rumput 3
kg. Caranya pada
pukul 05.00 ampas tahu dan konsentrat diberi lebih dahulu kalau pemberian
keduanya dicampurkan dengan rumput domba akan kurang meminatinya,
karena ia lebih tertarik pada rumput. Rumput baru diberikan pada pukul 09.30
dan diulangi dalam jumlah yang sama pada pukul 15.00.
Air diberikan setiap kali domba selesai diberi pakan rumput jum lahnya tak
terbatas.
Pada hari-hari pertama tahap penyesuaian ini (2-3 hari), domba belum begitu
bernafsu memakannya, karena belum biasa. Akan tetapi, setelah lewat masa
itu, jumlah pakan sebanyak itu akan dihabiskannya.
Sejak minggu ke-2 dan minggu selanjutnya sampai masa penggemukkan
berakhir, waktu dan jumlah pemberian pakannya sama. Hanya saja, jumlah
konsentratnya berubah. Untuk minggu ke-2, konsentrat yang diberikan 2,5-3
ons, minggu ke-3 (umur 15-25 hari) menjadi 4 ons, lulu bertambah menjadi 5
ons sampai panen.

4. PERKANDANGAN
Kandang sistem baterei yang dipergunakan untuk penggemukan ini diisi
seekor domba perkandang. Panjang kandang dibuat 1m, lebar 60 cm, tinggi
60 cm. Satu lokasi ( satu atap) terdiri dari 2 baris kandang yang tidak saling
berhadapan tiap barisnya.
Agar domba mau makan lebih bernafsu, setiap wadah pakan sebaiknya
digunakan untuk 2 domba. Wadah pakan itu diletakan disisi luar dan tidak
saling berhadapan dengan barisan kandang lainnya.
Wadah pakan itu bisa dibuat dari bambu atau bahan lain yang mudah didapat
serta harganya murah. Atapnya dibuat dari alang-alang atau rumbia yang
telah tua, dibuat berkemiringan 45°. Dengan atap rumbia, pada siang hari
kandang tidak terlalu panas dan pada malam harinya menjadi hangat. Kalau
menggunakan atap seng, domba sering stress, karena siangnya terlalu panas
dan malamnya terlalu dingin.

5. WAKTU PAN EN
Hai lain yang ikut menentukan besarnya keuntungan menggemukan domba
cara ini ialah waktu pemeliharaan, Sekalipun pertumbuhannya cepat, namun
pada suatu saat kecepatan pertumbuhannya akan berkurang dan dari segi
ekonomi tidak lagi menguntungkan.
Karena domba sering digemukan sejak lepas sapih, maka waktu
penggemukan yang lebih tepat ialah 45 hari. Kalau masa penggemukkannya
terlalu lama ( misalnya lebih dari 60 hari ), penggemukkan ini akan melewati
masa tanggal gigi yang bisa menurunkan bobot badannya. Selain itu, dengan
waktu penggemukkan hanya 45 hari perputaran uang menjadi lebih cepat
Domba yang sebelumnya berat rata-ratanya 20 kg, setelah 45 hari
penggemukkan bisa mencapai 32 kg. Bila harga daging domba hidup Rp.
10.000,. per kg, maka bisa dihitung berapa keuntungannya.

CARA MEMBUAT KOMPOS



Kompos: adalah pupuk organik yang terbuat dari kotoran hewan dan diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
100 kg arang sekam berambut
200 kg kotoran hewan
3-5 kg dedak atau bekatul
0,5 kg gula pasir atau gula merah yang dicairkan dengan air
0,5 liter bakteri
Air secukupnya

Cara Pembuatan:
Arang sekam, kotoran hewan, dedak, dan gula dicampur sampai rata dalam wadah yang bersih dan teduh. Jangan terkena hujan dan sinar matahari secara langsung.
Campurkan bakteri ke dalam air kemudian siramkan campuran di atas sambil diaduk sampai rata.
Tutup dengan plastik atau daun-daunan.
Tiap dua hari sekali siram dengan air dan diaduk-aduk.
Dalam 10 (sepuluh) hari kompos sudah jadi.




CARA LAIN MEMBUAT PESTISIDA ORGANIK

 


Bahan yang diperlukan :
- Tembakau 1 kg
- air 4 liter
- kapur barus 7 butir dihaluskan
Cara pembuatannya :
- Tembakau direndam dalam 4 liter air selama 2 (dua) hari.
- Campurkan kapur barus yang telah dihaluskan.
Cara implementasi :
- Setiap 2 – 3 sendok makan air hasil proses rendaman tembakau dan kapur barus dicampur dengan air biasa 1 liter. – Semprotkan pada tanaman yang terserang hama/penyakit.



CARA MEMBUAT PUPUK ORGANIK CAIR

Bahan dan Alat:
1 liter bakteri
5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya)
0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
30 kg kotoran hewan
Air secukupnya
Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat

Cara Pembuatan:
Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember.
Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember.
Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat.
Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.

Kegunaan:
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.
Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan.
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.

CARA MEMBUAT PUPUK HIJAU ORGANIK

Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri.
Bahan dan Komposisi:
200 kg hijau daun atau sampah dapur.
10 kg dedak halus.
¼ kg gula pasir/gula merah.
¼ liter bakteri.
200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:
Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.
Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun.
Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air.
Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk hingga rata.
Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat.
Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.


DAUN SIRSAK UNTUK ATASI THRIPS

Daun Sirsak (Nangka Belanda) ternyata dapat digunakan sebagai bahan pestisida organik untuk mengendalikan Hama Thrips pada tanaman Cabai.
Caranya :
50 – 100 lembar daun sirsak dihaluskan (boleh pake blender) dan dicampur dengan 5 liter air kemudian didiamkan selama sehari semalam, rendaman tersebut kemudian disaring dengan kain.
1 liter hasil saringan dapat dicampurkan dengan 1 tangki semprot ukuran 17 liter, dan gunakan untuk menyemprot tanaman cabe, Thrips pun akan lenyap.
Selamat mencoba.

SL PTT

SEKOLAH LAPANG - PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU
Lokasi Lab SL


Sekolah Lapang


SL- Keg. Tanam
Bibit 20 Hari
Definisi
SL-PTT adalah sekolah yang diselenggarakan di lapangan dengan petani sebagai peserta dan Penyuluh sebagai pemandu lapangan bersama-sama untuk menerapkan PTT dan lahan usahatani sebagai sarana belajar.

Tujuan
Tujuan khusus SL-PTT adalah :
-          Petani dan masyarakat desa mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keahliannya melalui proses belajar selama satu siklus perkembangan tanaman padi
-          Kelompok tani pelaksana SL-PTT diharapkan dapat membuat rencana kerja kelompok dan memasyarakatkan teknologi PTT

Komponen Teknologi SL-PTT
1.      Varietas unggul baru
2.      Benih bermutu : daya kecambah 90 %
3.      Bibit muda (< 21 HSS)
4.      Jumlah bibit yang di tanam 1-3 batang per lubang, tanam dangkal dengan sistem legowo 2:1, 4:1, populasi minimum 250.000 rumpun/ha
5.      Pemupukan N berdasarkan BWD (Bagan Warna Daun)
6.      Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah
7.      Bahan organik (kompos jerami 5 ton/ha atau pupuk kandang 2 ton/ha)
8.      Pengairan berselang (intermitent irrigation)
9.      Pengendalian gulma secara terpadu
10.  Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
11.  Panen dan pasca panen menggunakan alat perontok


1.      PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL

Varietas padi merupakan salah satu teknologi utama yang mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang telah dilepas pemerintah, petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi.
Varietas padi merupakan teknologi yang paling mudah diadopsi petani karena teknologi ini murah dan penggunaannya sangat praktis. Varietas-varietas padi yang paling luas ditanam petani :

No
Varietas
Hasil (Ton/Ha)
Umur Tanaman (Hari)
Ketahanan terhadap penyakit
Kandungan Amilosa
1
IR64
5
115
BPH 1, 2
sedang
2
Ciherang
8,5
125
BPH 2, 3 ; BLB
sedang
3
Ciliwung
4,8
121
BPH 1, 2 ; BLB
sedang
4
Way Apo Buru
8
125
BPH 2, 3 ; BLB
sedang
5
IR 42
5.5
145
BPH 1, 2
Tinggi
6
Widas
7
120
BPH 1, 2, 3 ; BLB
sedang
7
Membramo
6,5
120
BPH 1, 2, 3 ; BLB
Rendah
8
Cisadane
5,5
120
BPH 1, 3
Sedang
9
IR66
5
120
BPH 1, 2, 3 ; RTV
Tinggi

Keterangan : BPH =  wereng coklat
                      BPB = Blast

2.      BENIH BERMUTU

Penggunaan benih bersertifikat sangat disarankan, karena :
1.      Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak
2.      Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam
3.      Ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan kuat
4.      Benih yang baik akan memperoleh hasil yang tinggi
Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek batang, perlakukan benih dengan pestisida berbahan aktif fipronil. Perlakukan pestisida ini juga dapat membantu mengendalikan keong mas.


3.      BIBIT MUDA
Bibit muda akan menghasilkan anakan lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang lebih tua. Untuk mendapatkan bibit dan pertumbuhan tanaman yang baik perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a.      Persiapan pembibitan :
-          Benih direndam selama 24 jam
-          Pisahkan antara benih yang berisi dan yang tidak
-          Tiriskan selama 48 jam
-          Bedengan pembibitan dibuat dengan lebar 1 - 1,2 m dengan panjang sesuai lahan
-          Luas pembibitan 400 m2/ha, untuk ditebari 20 – 25 kg benih
-          Usahakan agar lokasi pembibitan dekat dengan sumber air dan memiliki drainase yang baik, agar tempat pembibitan bisa cepat diairi dan cepat pula dikeringkan bilamana perlu
b.      Penggunaan bahan organik pada pembibitan :
-          Campurkan bahan organik seperti kompos/pupuk kandang sebanyak 2 kg/m2 bedengan
-          Penambahan bahan organik memudahkan pencabutan bibit padi sehingga kerusakan akar dapat dikurangi
c.       Lindungi bibit padi dari serangan hama :
-          Buat pagar plastik mengelilingi tempat pembibitan untuk mencegah serangan tikus
-          Tempat pembibitan masing-masing petani usahakan berdekatan atau dibuat satu lokasi pembibitan
-          Pasang bubu perangkap pada pagar plastik untuk mengendalikan tikus sejak dini

4.      JUMLAH BIBIT DAN SISTEM LEGOWO
Jumlah bibit yang ditanam tidak lebih dari 3 bibit per rumpun. Lebih banyak jumlah bibit per rumpun yang ditanam, kompetisi antar bibit akan lebih tinggi.
5.      PEMUPUKAN N BERDASARKAN BWD
Penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan warna daun padi menggunakan Bagan Warna Daun (BWD).
Penggunaan BWD untuk menentukan aplikasi pupuk N, dapat dilakukan dengan 2 cara :
1.      Waktu pemupukan ditetapkan terlebih dahulu (fixed time), yaitu saat fase anakan aktif dan primordia, pembacaan BWD untuk mengoreksi dosis pupuk N yang telah diaplikasikan

2.      Waktu pemupukan berdasarkan pembacaan BWD yang sebenarnya (real time), yaitu pembacaan BWD dimulai ketika tanaman 14 HST, kemudian secara periodik diulangi 7-10 hari sekali
 





6.      PEMUPUKAN P DAN K BERDASARKAN STATUS HARA TANAH
Mengukur hara P & K tanah yang terdapat dalam bentuk tersedia dapat menggunakan metoda PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah), Petak omisi (omission plot).
7.      BAHAN ORGANIK
Pupuk organik yang telah dikomposkan berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat, sehingga pupuk organik diperlukan dalam jumlah cukup banyak.
8.      PENGAIRAN BERSELANG (INTERMITTENT IRRIGATION)
Pengairan berselang adalah pengaturan air berselang sehingga lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian. Kondisi ini bertujuan untuk :
1.      Menghemat air sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas
2.      Memberi kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara sehingga dapat berkembang lebih dalam
3.      Mencegah timbulnya keracunan besi
4.      Mencegah penimbunan asam organik yang menghambat perkembangan akar
5.      Mengaktifkan mikroba yang bermanfaat
6.      Mengurangi kerebahan
7.      Mengurangi jumlah anakan yang tidak produktif
8.      Menyeragamkan pemasakan gabah dan mempercepat waktu panen
9.      Memudahkan pembenaman pupuk ke dalam tanah
10.  Memudahkan pengendalian hama keong mas
11.  Mengurangi penyebaran hama wereng coklat dan penggerek batang
12.  Mengurangi kerusakan tanaman padi karena hama tikus
9.      PENGENDALIAN HAMA SECARA TERPADU
Pengendalian Hama Terpadu (HPT) merupakan pendekatan pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alam. Hama dan penyakit utama pada lahan sawah berturut-turut yaitu tikus, wereng coklat, penggerek batang, tungro, hawar daun bakteri dan keong mas.
10.  PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN
Keg. Panen Ubinan

Hasil Ubinan