Senin, 04 Agustus 2014

MOL BUAH



Buah yang digunakan untuk pembuatan MOL bisa bervariasi tinggal pilih yang anda suka dan yang tersedia disekitar kita seperti pepaya, mangga, nangka, nanas, pisang dan tomat. Kelebihan Mol buah adalah memiliki aroma yang harum seperti aroma buah aslinya.

Bahan dalam pembuatan MOL buah :

2 kg Limbah buah-buahan seperti nangka, pisang, mangga, pepaya, nanas, tomat
2 ons gula merah
2 liter air kelapa

Cara membuat Mol  Buah :
Potong kecil-kecil  buah-buahan yang tersedia
Masukkan gula merah yang telah disisir
Campurkan dengan air kelapa
Masukkan dalam jerigen dan tutup rapat
Biarkan terfermentasi selama 15 hari

Cara penggunaan :
Untuk pemupukan campurkan 150 ml dengan 15 liter air (1 tangki 15 17 liter), semprotkan ketanaman yang telah memasuki masa generatif atau tanaman yang mulai berbunga
Untuk pengomposan campurkan 1 bagian Mol buah dengan 5 bagian air dan tambahkan gula merah lalu semprotkan ke bahan organik yang akan di fermentasi.
Demikian cara pembuatan Mol buah dan manfaatnya bagi tanaman, semoga bisa kita manfaatkan dalam kegiatan pertanian kita.

Cara Lain membuat MOL Buah
Cara membuat nutrisi buah cukup mudah. Sari buah sebanyak satu liter ditambah gula merah sebanyak 3 sendok makan. Campuran ini kemudian ditutup rapat, dan didiamkan atau menunggu terfermentasi hingga satu minggu. Kemudian saat akan disemprot ke tanaman, cairan yang telah difermentasi tersebut ditambah kuning telur ayam kampung.

Aplikasi nutrisi ini tidak banyak. Cukup sebanyak 200cc nutrisi untuk 15 liter air. Mengapa 15 liter? Sebab saya menggunakan tangki penyemprot ukuran 15 liter. Perbandingan ini untuk memudahkan penggarap saat akan menyemprotkan nutrisi buah menggunakan tangki penyemprot. Larutan nutrisi ini disemprotkan ke daun dan tanah disekitar tanaman saat akan berbuah.

Hasil percontohan tiap satu kuintal gabah menghasilkan 80 kg beras. Karena itulah banyak petani sekitar yang tertarik membuat nutrisi buah. Sebab hasilnya lebih baik dibanding menggunakan perangsang buah sintetis yang harganya mahal.

Senin, 07 Juli 2014

MOL TAPE (Peuyeum)



MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa diternakkan, fungsinya dalam konsep zero waste adalah untuk starter pembuatan kompos organik. Dengan MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan.
MOL tape atau MOL peuyeum lebih bersih, karena bahannya juga bersih, dan tidak ada kesan menjijikkan. Bisa tapai singkong atau peuyeum ketan, pilih yang paling mudah didapat.
1. siapkan botol plastik air minum kemasan ukuran besar (1.500 ml). Cukup satu botol kosong saja, tidak usah dengan tutupnya.
2. tape atau peuyeum 1 ons, lalu masukkan dalam botol tadi.
3. isikan air dalam botol yang telah berisi tapai atau peuyeum tadi. Tidak usah penuh, cukup hampir penuh.
4. masukkan gula ke dalam botol yang telah diisi tapai atau peyeum dan air tadi. Bisa gula pasir atau gula merah, 5 sendok makan.
5. kocok-kocok sebentar agar gula melarut.
6. biarkan botol terbuka tidak ditutup selama 4 atau 5 hari. Selanjutnya, selamanya botol tidak ditutup, biar MOL-nya bisa bernafas.
7. setelah 5 hari, dan kalau dicium akan berbau wangi alkohol, maka MOL telah bisa dipakai.
8. kalau ingin "beternak" MOL, maka ambillah botol kosong yang sejenis, lalu bagilah MOL dari botol yang satu ke botol kedua menjadi 2 bagian. Lalu isikanlah air ke dalam botol-botol tadi sampai hampir penuh, dan kemudian masukanlah gula ke masing-masing botol dengan takaran seperti di atas. Maka kita punya 2 botol MOL. Bila ingin memperbanyak lagi ke dalam botol-botol yang lain, lakukanlah dengan cara yang sama.

MOL tapai sudah cukup bagus untuk percepatan membuat kompos, juga dapat dipakai untuk pupuk cair. bisa menambahkan buah nenas yang telah diblender halus ke dalam MOL tapai, juga ditambah gula pasir. Warnanya menjadi kekuningan, baunya wangi antara tapai dan nenas, dan tetap bersih.

Ternyata MOL peuyeum ini bagus, cepat bereaksi sebagai starter kompos. Bahan kompos yang tadinya hijau dan coklat, dalam sehari sudah menghitam dan menghangat

Selasa, 10 Juni 2014

SL- FMA REFLIKASI FEATI BUDIDAYA DAUN POTONG PHILODENDRON


 


A.      PENDAHULUAN

Minat Masyarakat untuk membudidaya daun potong philodendron secara komersial   meningkat, seiring dengan meningkatnya permintaan pasar domestic. Hal ini dibuktikan dari peningkatan luas area tanam dan jumlah petani produsen di berbagai daerah sentra. Peningkatan jumlah petani perlu diimbangi dengan upaya pembinaan dari Pemerintah agar usaha budidaya philodendron yang dilakukannya dapat memberi keuntungan financial tanpa mengganggu kelestarian lingkungan system produksi. Upaya Pemerintah tersebut adalah dengan cara penerapan SOP karena merupakan salah satu cara efektif untuk mendapatkan hasil yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Dengan mengacu pada SOP, petani produsen dapat memenuhi standar mutu prerferensi konsumen internasional sehingga membuka peluang ekspor. Untuk pelaksanaan kegiatan penerapan SOP Philodendron ditingkat pelaku utama,  perlu adanya pelaksanaan kegiatan Sekolah lapang (SL) yang dipadukan dengan program FMA Reflikasi FEATI.
Sekolah Lapang (SL) adalah suatu pola pendidikan Kilat (Diklat) yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan untuk mempercepat proses peningkatan kompetensi kemampuan sasaran diklat, dimana proses berlatih melatihnya dilaksanakan melalui kegiatan belajar sambil mengerjakan dan belajar untuk menemukan atau memecahkan masalah sendiri dengan berazas kemitraan antara pemandu dan peserta. FMA (Farmers Managed Extention Activities) adalah kegiatan Penyuluhan pertanian yang dikelola oleh petani. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, effisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya

B.       TUJUAN
1.    Meningkatkan kemampuan pelaku utama sebagai wirausaha agribisnis dalam mengelola kegiatan penyuluhan/pembelajaran didesa dalam mengembangkan agribisnisnya sehingga pelaku utama mampu melaksanakan prinsip – prinsip agribisnis dalam melaksanakan usahanya
2.    Meningkatkan kemampuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam; merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pertanian dari, oleh dan untuk mereka dalam mengelola usaha taninya secara oftimal untuk mengingkatkan pendapatan dan kesejahtraannya secara berkelanjutan
3.    Menerapkan prinsip-prinsip agribisnis (orientasi pasar, menguntungkan, memiliki kepercayaan jangka panjang, kemandirian dan daya saing usaha, komitmen terhadap kontrak usaha) dalam pelaksanaan usahanya

C.     SASARAN

Anggota kelompoktani yang tergabung di Gapoktan Makmur Tani Jaya adalah Petani yang mengelola dan memiliki minat untuk mengembangkan usahatani Daun potong philodendron

D.      KELUARAN

1.    Petani mampu mengembangkan jejaring dengan berbagai sumber informasi teknologi, pemasaran, permodalan dalam rangka pengembangan agribisnisnya
2.    Petani mampu mengembangkan kemitraan usaha dengan berbagai pihak
3.    Petani mampu mengembangkan dirinya menjadi pengusaha agribisnis yang profesional (enterpreneur)

E.       METODE
1.    Ceramah/Diskusi
2.    Praktek pada situasi nyata dengan menggunakan metode Laboratorium Lapangan

F.       MATERI
1.    Materi Pokok
a.    Pengamatan agroekosistem
b.    Analisis Agroekosistem
c.    Dinamika kelompok, manajemen kelembagaan, kemitraan, manajemen agribisnis, kewirausahaan
2.    Materi Muatan Lokal
Pembuatan Pestisida nabati dan MOL, memanfaatkan tanaman dilingkungan setempat dan limbah pertanian
3.    Studi Perbandingan
a.    Petak FMA REFLIKASI FEATI Budidaya Philodendron
    Petak yang dikelola berdasarkan prinsip SOP budidaya berbasis GAP
b.    Petak Konvensional : Petak yang dikelola berdasarkan kebiasaan petani setempat
G.      EVALUASI
Untuk mengukur tingkat pemahaman/Pengetahuan peserta SL FMA, diukur dan dievaluasi melalui Test Awal dan Akhir
 
H.      WAKTU PELAKSANAAN
Pelaksanaan Sekolah Lapang FMA REFLIKASI FEATI Daun potong philodendron dilaksanakan, sebanyak 16 kali pertemuan dari tanggal 14 April s/d 27 Agustus 2014 Adapun rincian jadwal pelaksanaan terlampir
I.         PESERTA
Jumlah Peserta (Petani) 25 orang terdiri atas laki-laki 17 orang dan Perempuan 8 orang.

J.        FASILITATOR
1.    Penyuluh Pertanian/BP3K Kec. Sukabumi
2.    PTCD Kecamatan Sukabumi
3.    POPT
4.    Petani Ahli /Praktisi

K.      PEMBAHASAN HASIL

1.    Pelaksanaan Kegiatan SL-FMA
Kegiatan SL-FMA dilaksanakan sebanyak 16 kali pertemuan, dimulai dari tanggal 14 April s/d 27 Agustus 2014, pada pukul 8.00 – 12.00 WIB.

2.    Pembagian Kelompok dan Petak Studi
Dalam kegiatan pembelajaran peserta dibagi dalam 5 sub kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 orang peserta dan diketuai oleh 1 orang yang terpilih. Setiap Kelompok membuat petak studi, masing-masing 1 (satu) bedeng sepanjang 10 m. Penetapan aspek yang dijadikan studi adalah menguji Jarak Tanam dan Penggunaan Pupuk Oraganik/MOL
a.    Petak GAP : Jarak tanam 20 cm X 30 cm, menggunakan Pupuk Organik (Pukan /MOL)
b.    Petak Konvensional yang biasa dilakukan petani : 10 cm X 10 cm, menggunakan Pupuk organic (Pukan) dan An organic (NPK Phonska dan KNo3).

3.    Pembelajaran
Secara umum setiap kegiatan pembelajaran dibagi dalam beberapa tahapan antara lain:
a.    Pemandu menjelaskan maksud dan tujuan serta menjelaskan materi pembelajaran
b.    Dinamika Kelompok untuk mempererat kerjasama, memancing kreativitas dan memperlancar komunikasi
c.    Peserta melakukan pengamatan dilapangan
d.   Peserta menggambarkan dan mencatat hasil dari pengamatan
e.    Setiap Kelompok diwakili oleh seorang peserta mempresentasikan hasil pengamatannya dalam ungkapan tulisan
f.     Topik khusus “ Pembuatan Pestisida Nabati dan MOL” dengan tujuan
f.1. Agar peserta mampu memanfaatkan lingkungan tanaman setempat dan limbah pertanian
f.2. Agar peserta memahami dan terampil dalam membuat Pestisida Nabati dan MOL
f.3. Peserta mau mengaplikasikan pada tanaman philodendron, agar mutu produknya
       meningkat.

4.    Evaluasi
Sebelum dan sesudah kegiatan belajar peserta melakukan test awal dan test akhir dengan mengisi soal pilihan, untuk mengukur tingkat pemahaman/Pengetahuan. Pertanyaan pada soal sesuai pada situasi nyata dan selaras dengan materi yang diajarkan. Adapun hasil evaluasi, seperti tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Test Awal dan Akhir pada SL-FMA Philodendron
No
Nama Peserta
Jumlah Nilai
Rata-rata
Pre Test
Post Test
1
CUCU M
45
70
57,5
2
LENI H
70
60
65
3
ENCEP H
35
60
47,5
4
PEPEN
60
60
60
5
YAYAT RUHYAT
70
40
55
6
NANANG KARIM
70
70
70
7
YETI SUSILAWATI
55
80
67,5
8
CUCU S
75
80
77,5
9
MASITOH
70
50
60
10
Hj. YETI
55
60
57,5
11
EEL
50
70
60
12
H. JAJANG
15
65
40
13
ABDUL ADZIS
60
70
65
14
RAHMAT ISMAIL
50
50
50
15
MISBAH
5
40
22,5
16
ECE FURKON
35
20
27,5
17
BAA MARPUDIN
55
40
47,5
18
MUDROPA
65
35
50
19
APUD
30
50
40
20
YANTI ROSDIANTI
50
75
62,5
21
SUKARMA
40
75
57,5
22
CECEP S
45
75
60
23
HERMAN
40
55
47,5
24
RUDI
40
75
57,5
25
ANDI SUWANDI
50
60
55

JUMLAH
1235
1485
1360

RATA-RATA
49,4
59,4
54,4

L.       KESIMPULAN
  1. Kegiatan belajar dalam SL-FMA philodendron dilaksanakan di sekretariat Kelompok dan pada lahan /petak study/usahatani philodendron.  Adapun materi pembelajaran adalah Budidaya philodendron, kemitraan, manajemen kelompok, manajemen agribisnis, kewirausahaan.
  2. Nilai Test Awal, terendah : 5  tertinggi : 75 dan Nilai Test Akhir, terendah: 20 tertinggi : 75
  3. Hasil Test, secara simultan, tingkat pemahaman/pengetahuan peserta pada test awal : 49,4 dan test akhir : 59,4 dan  meningkat sebesar 10, dengan rata-rata nilai sebesar 54,4.

M.     PENUTUP

Salah satu kaidah dalam GAP/SOP adalah proses produksi yang ramah lingkungan sehingga kegiatan yang harus dilakukan adalah membatasi/mengurangi penggunaan cara bertani kita yang tidak ramah lingkungan atau pada pupuk dan pestisida kimiawi, yang berdampak pada rusaknya lingkungan pada tanah, air, biota, matinya musuh alami serta keamanan produk bagi produsen dan konsumen. Proses adopsi mengenai prinsip-prinsip GAP/SOP budidaya tanaman hias melalui Sekolah Lapang diharapkan petani akan lebih mudah memahami prinsip-prinsip tersebut sehingga dapat menerapkan pada lahan usahataninya.
Melalui Sekolah Lapang petani belajar dari pengalaman sendiri sehingga akan lebih mudah dalam mengambil keputusan untuk menerapkannya. Selain itu diharapkan petani mampu mengembangkan jejaring dengan berbagai sumber informasi teknologi, pemasaran, permodalan dalam rangka pengembangan agribisnisnya, mampu mengembangkan kemitraan usaha dengan berbagai pihak, mampu mengembangkan dirinya menjadi pengusaha agribisnis yang profesional (enterpreneur).
Sebagai tindak lanjutnya kami berharap dukungan dari semua pihak yang berkompeten agar menjelang pasar bebas nanti produksi daun potong philodendron dapat bersaing di pasar Domestik maupum Internasional. Demikian yang dapat kami laporkan kegiatan SL-FMA REFLIKASI FEATI Budidaya Daun Potong Philodendron ini dan kami ucapkan terimakasih.