A.
MENGAPA HARUS MENGANALISA USAHATANI…? Karena :
1. Analisa Usahatani sangat diperlukan oleh
pelaku usahatani sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola usahataninya
2. Dengan adanya informasi analisa usahatani ini
dapat membantu pelaku usaha dan berbagai pihak dalam mengembangkan usaha
agribisnis tanaman
B. TUJUAN
DAN MANFAAT
1.Tujuan : Sebagai
pedoman dalam perhitungan kelayakan usahatani dan sebagai acuan dalam analisa
kelayakan usaha
2. Manfaat :
a.
Bagi
petani dapat mengetahui tingkat efisiensi
produksi dan efektifitas usaha dan pendapatan usahatani
b.
Bagi
pihak bank/debitur dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menerima atau menangguhkan kredit
usahatani yang diajukan oleh pelaku usaha
c.
Bagi
investor dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan pilihan
investasi dalam pertanian
d. Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perumusan perencanaan, program dan kebijakan dalam pengembangan tanaman tertentu.
C. PENYUSUNAN ANALISA USAHATANI
Dalam menyusun analisa usahatani secara teknis dibagi
menjadi 3 bagian besar yaitu :
1. Upah
Tenaga Kerja
a. Tahap pra panen : pengolahan tanah, pembenihan, penanaman, pemupukan, penyiangan (pembersihan
tanaman), pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemangkasan, pembumbunan dan
pengairan.
b. Tahap
pasca panen : tenaga kerja yang diperlukan
meliputi pemanenan, sortasi, pengkelasan (grading), pengemasan, pengangkutan,
pengeringan dan penyimpanan.
2. Biaya
Sarana Produksi
Sarana Produksi Pertanian (Saprotan) yang mendukung
analisa usahatani antara lain :
a. Pembelian benih
b. Pembelian
pupuk : pupuk organic, pupuk anorganik, zat pengatur tumbuh(ZPT), kapur
pertanian (dolomite) dll.
c.Pestisida : insektisida, herbisida, fungisida
dan obat-obat lainnya
d. Peralatan pertanian : parang, cangkul, garpu,
sekop, hand sprayer dll.
3. Pengeluaran
lainnya
Data lainnya yang termasuk komponen pendukung
dalam kegiatan analisa usahatani biofarmaka antara lain :
a. Pajak lahan atau PBB
b. Sewa lahan (meskipun lahan sendiri namun
tetap diperhitungkan dalam analisa)
c. Bunga kredit (jika modal yang digunakan
merupakan pinjaman dari pihak bank/debitur)
d. Iuran pengairan (listrik), pompa)
e. Sewa peralatan dan mesin pertanian
f. Biaya transportasi
Pada dasarnya perhitungan biaya – biaya
tersebut diatas (Upah T. Kerja, Biaya Sarana Produksi dan Pengeluaran lainnya)
dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1.
Biaya
Tetap (Fixed Cost)
2.
Biaya
Tidak Tetap (Variabel Cost)
1. Biaya
Tetap (Fixed Cost)
Adalah
biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besarnya biaya
tetap tergantung pada jumlah output yang diproduksi dan tetap harus dikeluarkan
walaupun tidak ada produksi. Yang tergolong dalam biaya tetap antara lain :
a. Biaya sewa tanah, Pajak Tanah dan air (iuran
pengairan)
b. Bunga kredit / pinjaman dari pemodal
c. Penyusutan peralatan (dihitung dalam biaya penyusutan,
perawatan dan perbaikan) dan bangunan pertanian
2.
Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
Besar kecilnya biaya tidak tetap (Variable
Cost) sangat tergantung kepada besarnya skala produksi. Yang tergolong dalam
kelompok ini antara lain :
a. Biaya untuk pembelian sarana produksi :
pupuk, benih dan pestisida
b. Biaya tenaga buruh atau tenaga kerja upahan
1. Penghasilan Usaha
Penghasilan usaha (output) adalah nilai uang dari seluruh produk usahatani
Rumus :
|
2.
Pendapatan Usaha (Income)
dihitung dengan mengurangi penghasilan usaha dengan biaya usaha. Jadi nilai
uang dari penghasilan yang tersisa setelah seluruh biaya usaha untuk suatu
proses produksi dihitung.
Rumus :
|
Untuk menghitung kelayakan usaha dipergunakan
ratio penghasilan usaha dibagi dengan biaya Variabel (biaya tidak tetap)
|
2.
Batas
angka kelayakan usaha
Usaha dikatakan layak apabila Ratio penghasilan usaha dan
Biaya variable lebih dari 1,3. Mengapa
harus lebih dari 1,3? Karena angka 0,3 merupakan kompensasi terhadap bunga modal (balas jasa atas
tersedianya modal) dan resiko usaha.
3.
Contoh
Cara menghitung Kelayakan Usaha
a. Penghasilan Usaha =
Rp. 1.300.000
b. Biaya Variabel ( Tidak Tetap) = Rp.
750.000
1.300.000 : 750.000
|
= 1,7
Artinya setiap Rp.
1,- biaya yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,7,-)
Kesimpulan Usaha tersebut layak untuk dilanjutkan, karena angka kelayakan usahanya lebih dari 1,3
1.
Titik
Pulang Pokok
Titik Pulang Pokok(TPP) atau disebut
juga titik Impas (Break Event Point) adalah besarnya produk minimal yang harus
dihasilkan agar terjadi keseimbangan antara biaya usaha dan penghasilan usaha
pada tingkat harga tertentu.
Kegunaan dari TPP/BEP ini adalah untuk menentukan jumlah
produksi minimal atau harga minimal agar usaha masih menguntungkan.
Pada dasarnya TPP atau BEP ada 2 (dua) macam yaitu TPP
produksi dan TPP harga.
a. BEP
produksi adalah titik batas minimal jumlah produksi agar usaha kita tidak
merugi.
b. BEP
harga adalah titik batas minimal harga, agar usaha kita tidak merugi
2.
Rumus
TPP/BEP
Total Biaya Produksi
a. BEP produksi =
Harga Rata-rata
Total Biaya Produksi
b.
BEP harga =
Jumlah Produksi
3.
Cara
Menghitung TPP/BEP
Contoh Soal :
* Luas lahan
Tanaman Philo 500 m2.
* Populasi Tanaman 8.500 phn,
* Produksi satu
periode (6 bl) : 2 btg x 8.500 phn x 6 panen = 102.000 bt
* Biaya Produksi Philodendron satu musim (6 bl) = Rp.17.000.000.
* Harga per daun saat itu Rp.200
* Penghasilan = Rp. 102.000 X Rp. 200 =Rp.20.400.000
Rp.17.000.000
BEP
produksi
= = 85.000 btg
Rp.200
Artinya Produksi minimal
yang dihasilkan dari usahatani Phillo
sebanyak 85.000 batang, maka usaha tersebut tidak rugi tidak untung). Jika
ingin ada keuntungan maka produksi harus lebih dari 85.000 btg.
Rp. 17.000.000
BEP harga = =
Rp. 167,-
102.000 btg
Artinya Harga
sebesar Rp. 167,- merupakan harga minimal sehingga usaha tidak untung
dan tidak rugi. Jika ingin untung maka
harga jual harus lebih dari Rp 167,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar