Perkembangan
Teknologi pertanian saat ini mulai memberikan angin segar bagi para petani dan
tentunya pertanian Indonesia, Pasalnya pengembangan teknologi berbasis mikrobia
saat ini sedang gencar-gencarnya dikembangkan, Teknologi ini di klaim dapat
membantu menigkatkan dan mengembalikan
kesuburan tanah Dan juga dapat meningkatkan hasil produktivitas tanaman.
Kehidupan manusia dengan mikroba
memiliki hubungan yang erat. Mikroba membantu berbagai kebutuhan hidup manusia
seperti pada bidang pertanian, kesehatan, industri dan lingkungan. Demikian
pula sebaliknya, berbagai wabah penyakit juga dapat ditimbulkan oleh organisme
ini (Schlegel, 1994). Ke depan, berbagai peluang kemajuan teknologi mikroba
(bioteknologi) akan mampu berkembang yang dilandasi oleh pemahaman terhadap
sifat-sifat kehidupan mikroba. Pada bidang pertanian, setelah dipahaminya kemampuan
mikroba dalam menambat hara nitrogen, fosfat, belerang dan hara lain,
selanjutnya berkembang teknologi pemupukan dengan memanfaatkan jasad renik.
Jenis-jenis
mikroba Mekanisme Penambatan Nitrogen Udara oleh Bakteri Rhizobium
Menginspirasi Perkembangan Teknologi Pemupukan Organik yang Ramah lingkungan seperti jamur, bakteri dan algae
mampu menambat hara untuk meningkatkan kesuburan tanah atau langsung untuk memenuhi
kebutuhan tanaman. Selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, mikroba tanah
juga dapat menghasilkan hormon tumbuh dan pestisida alami. Empat besar
unsur-unsur penyusun tubuh tanaman adalah karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.
Tiga besar pertama tersedia dalam bentuk karbon dioksida (CO2), air (H2O), dan oksigen
(O2). Sebaliknya nitrogen, unsure pembentuk senyawa protein, relatif tidak
dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman meskipun sekitar 80 % udara
tersusun oleh senyawa ini.
Teknologi
pemupukan organik berkembang pesat belakangan ini. Ditunjukkan oleh hasil-hasil
penelitian terapan tentang aplikasi pupuk mikroba bahwa beberapa manfaat dan
keuntungan sekaligus yang diperoleh
adalah perbaikan kesuburan tanah, perbaikan pertumbuhan dan hasil tanaman,
menekan pertumbuhan mikroba parasit . Hasil-hasil studi yang komprehensif
tentang kemampuan hidup mikroba di alam menjadi landasan penting dalam mendukung perkembangan bioteknologi.
Kajian ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap peran
dan fungsi mikroba tanah pada bidang pertanian, khususnya dalam pengembangan teknologi
pemupukan organik yang ramah lingkungan.
Petani harus segera menghilangkan ketergantungannya pada
penggunaan sarana produksi pertanian yang dibuat pabrik. Potensi sumberdaya
alam yang tersedia disekitar lahan pertanian perlu dimanfaatkan untuk pembuatan
pupuk serta pestisida. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu caranya adalah
dengan pemanfaatan mikroorganisme yang berperan di sektor pertanian, contohnya
seperti pemanfaatan biofertilizer dalam pertanian organik, sebagai
bioinsektisida dan sebagai agen biocontrol yang saat ini di dunia telah
berkembang pesat. Berbagai negara seperti India, Thailand, Jepang, Cina,
Brazil, Taiwan dan Negara maju lainnya telah lama beralih dari pupuk kimia ke
arah pupuk biologi sebagai hasil penerapan pertanian organik.
Dewasa ini Pertanian organik semakin berkembang sejalan
dengan tumbuhnya kesadaran akan petingnya menjaga kelestarian lingkungan dan
kebutuhan bahan makanan yang relatif lebih sehat. Dalam pertanian organik yang
tidak meggunakan bahan kimia buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida, disinilah
peran pengembangan teknologi mikrobia atau lebih dikenal dengan biofertilizer
atau pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan.
Beberapa
mikroba tanah seperti Rhizobium, Azaosprillium, Azotobacter mikoriza
perombak sellulosa dan efektif mikroorgnisme dapat dimanfaatkan sebagai
biofertilizer pada pertanian organik, biofertilizer tersebut fungsinya antara
lain membantu penyediaan hara pada tanaman, mempermudah penyediaan hara bagi
tanaman membantu dekomposisi bahan organik, meyediakan lingkungn rhizosfer
sehingga pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan dan produksi peningkatan tanaman.
Pemanfaatan
Bakteri Rhizobium leguminosarum sebagai biofertilizer
Bakteri
Rhizobium bila bersimbiosis dengan tanaman
legum, kelompok bakteri ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil
akar di dalamnya. Akar tanaman tersebut menyediakan karbohidrat dan senyawa
lain bagi bakteri melalui kemampuannya mengikat nitrogen bagi akar. Jika
bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka tidak dapat mengikat nitrogen
sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen sedikit sekali. Bintil-bintil
akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong
hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah
kesuburan tanah.
Pemanfaatan
Rhizobium dalam Produksi Pertanian Dilakukan Melalui:
- Pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dengan memanfaatkan mikrobia yang berperan dalam siklus Nitrogen (mikrobia penambat nitrogen, mikrobia amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi), Fosfor (mikrobia pelarut fosfat), Sulfur (Mikrobia pengoksidasi sulfur), dan Logam-logam (Fe, Cu, Mn, dan Al),
- Pemeliharaan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia penekan organisma pengganggu tanaman (OPT),
- Pemulihan kesehatan tanah dengan memanfaatkan mikrobia pendekomposisi / penyerap senyawa-senyawa toksik terhadap mahluk hidup (Bioremediasi),
- Pemacuan pertumbuhan tanaman dengan memanfaatkan mikrobia penghasil fitohormon.
Pemanfaatan
Bakteri Bacillus thuringiensis sebagai biopeptisida
B.
thuringiensis adalah bakteri yang menghasilkan
kristal protein yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu
mengalami proses sporulasinya. Kristal protein yang bersifat insektisidal
ini sering disebut dengan σ- endotoksin. Kristal ini sebenarnya hanya merupakan
protoksin yang jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi
poli-peptida yang lebih pendek (27- 149 kd) serta mempunyai sifat
insektisi-dal. Toksin yang telah aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium
di midgut serangga. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa toksin Bt ini
menyebabkan terbentuknya pori-pori (lubang yang sangat kecil) di sel membrane
di saluran pencernaan dan mengganggu keseimbangan osmotik dari sel –sel
tersebut. Karena keseimbangan osmotik terganggu, sel menjadi bengkak dan pecah
dan menyebabkan matinya serangga
Pemanfaatan
Bacillus thuringiensis dalam Pertanian:
- Bacillus thuringiensis varietas tenebrionis menyerang kumbang kentang colorado dan larva kumbang daun.
- Bacillus thuringiensis varietas kurstaki menyerang berbagai jenis ulat tanaman pertanian.n
- Bacillus thuringiensis varietas israelensis menyerang nyamuk dan lalat hitam.
- Bacillus thuringiensis varietas aizawai menyerang larva ngengat dan berbagai ulat, terutama ulat ngengat diamondback.
Agen
Biokontrol Pada pertanian Organik
Agen
biokontrol ialah suatu mikroorganisme yang digunakan untuk menekan populasi
serangga hama serendah mungkin hingga dapat mencegah kerugian yang di timbulkan
tanpa mengganggu keseimbangan ekologis yang ada. Biokontrol dapat bersifat
antagonis atau bahkan sebagai parasit.
Ditemukannya
penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp. merupakan
salah satu kendala yang dihadapi oleh para petani saat ini, jamur ini banyak
menyerang tanaman kentang, pisang, tomat, ubi jalar, strawberry dan bawang
daun. Penyakit layu fusarium adalah penyakit sistemik yang menyerang tanaman
mulai dari perakaran sampai titik tumbuh. Salah satu alternatif untuk
menanggulangi hal tersebut yaitu dengan pengendalian untuk menekan populasi
jamur Fusarium dengan mengembangkan pengendalian secara hayati.
Pemanfaatan
Bakteri Pseudomonas fluorescens Sebagai Agen Biokontrol Pada Pertanian
Organik
Pemanfaatan
rhizobakteria di Jawa Barat dikembangkan sebagai biofungisida khususnya antara
lain: Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus
thuringiensis, Bacillus pantotkenticus , Burkholderia cepacia dan
Pseudomonas fluorescens.
Bakteri
Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri gram negative yang berbentuk
batang yang menghuni tanah, tanaman dan air, bakteri ini dapat
mengeluarkan senyawa antibiotik (antifungal), siderofor, dan metabolit sekunder
lainnya yang sifatnya dapat menghambat aktivitas jamur Fusarium oxysporum.