Kentang
(Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi
salah satu komoditi penting. Kentang juga merupakan komoditas hortikultura yang
paling berpeluang untuk pengembangan agribisnis dan agroindustri dibandingkan
dengan komoditas hortikultura lainnya. Besarnya peluang ini disebabkan harga
kentang relatif stabil, potensi bisnisnya tinggi, segmen usaha dapat dipilih
sesuai dengan modal, pasar terjamin dan pasti.
Konsumsi
kentang untuk pasar tradisional mencakup 90 persen dari total pasar kentang di
Indonesia, belum lagi peluang pasar lainnya seperti : pasar swalayan, restoran
dan untuk bahan baku industri.
I.
UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Tanaman
ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat
bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18.
1.2.
Sentra Penanaman
Sentra
tanaman yang utama adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa
Timur), Bali. Produksi kentang pada tahun 1998 mencapai 1.011.316 ton.
1.3.
Jenis Tanaman
Kentang
(Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek
dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu
kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari.
Dalam
dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan sebagai berikut:
a)
Divisi : Spermatophyta
b)
Subdivisi : Angiospermae
c)
Kelas : Dicotyledonae
d)
Famili : Solanaceae
e)
Genus : Solanum
f)
Species : Solanun tuberosum L.
Dari
tanaman ini dikenal pula spesies-spesies lain yang merupakan spesies liar, di
antaranya Solanum andigenum L, Solanum anglgenum L, Solanum demissum L dan
lain-lain. Varitas kentang yang banyak ditanam di Indonesia adalah kentang
kuning varitas Granola, Atlantis, Cipanas dan Segunung .
1.4.
Manfaat Tanaman
Melihat
kandungan gizinya, kentang merupakan sumber utama karbohidrat. Kentang menjadi
makanan pokok di banyak negara barat. Zat-zat gizi yang terkandung dalam 100
gram bahan adalah kalori 347 kal, protein 0,3 gram, lemak 0,1 gram, karbohidrat
85,6 gram, kalsium (Ca) 20 gram, fosfor (P) 30 mg, besi (Fe) 0,5 mg dan vitamin
B 0,04 mg
II.
SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Daerah
dengan curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun sangat sesuai untuk membudidayakan
kentang. Daerah yang sering mengalami angin kencang tidak cocok untuk budidaya
kentang.
Lama
penyinaran yang diperlukan tanaman kentang untuk kegiatan fotosintesis adalah
9-10 jam/hari. Lama penyinaran juga berpengaruh terhadap waktu dan masa
perkembangan umbi.
Suhu
optimal untuk pertumbuhan adalah 18-21 derajat C. Pertumbuhan umbi akan
terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10 derajat C dan lebih dari 30 derajat
C.
Kelembaban
yang sesuai untuk tanaman kentang adalah 80-90%. Kelembaban yang terlalu tinggi
akan menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit, terutama yang
disebabkan oleh cendawan.
2.2.
Media Tanam
Secara
fisik, tanah yang baik untuk bercocok tanaman kentang adalah yang berstruktur
remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki
lapisan olah yang dalam. Sifat fisik tanah yang baik akan menjamin ketersediaan
oksigen di dalam tanah.
Tanah
yang memiliki sifat ini adalah tanah Andosol yang terbentuk di
pegunungan-pegunungan.
Keadaan
pH tanah yang sesuai untuk tanaman kentang bervariasi antara 5,0-7,0,
tergantung varietasnya. Untuk produksi yang baik pH yang rendah tidak cocok
ditanami kentang. Pengapuran mutlak diberikan pada tanah yang memiliki nilai pH
sekitar 7.
2.3.
Ketinggian Tempat
Daerah
yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi/daerah pegunungan,
dengan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl. Ketinggian idealnya berkisar antara
1000-1300 m dpl. Beberapa varitas kentang dapat ditanam di dataran menengah
(300-700 m dpl).
III.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
Bibit
Tanaman kentang dapat berasal dari umbi, perbanyakan melalui stek batang dan
stek tunas daun.
Umbi
Umbi
bibit berasal dari umbi produksi berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua
antara 150-180 hari, umur tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas
unggul.
Umbi
disimpan di dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik
(kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan
pada suhu 25 derajat C.
Pilih umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas.
Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja.
Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam.
Bila bibit diusahakan dengan membeli, (usahakan bibit yang kita beli bersertifikat), berat antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat dilakukan tanpa dan dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4 potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi yang dibelah harus direndam dulu di dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10 menit. Walaupun pembelahan menghemat bibit, tetapi bibit yang dibelah menghasilkan umbi yang lebih sedikit daripada yang tidak dibelah. Hal tersebut harus diperhitungkan secara ekonomis.
Stek Batang dan stek tunas
Cara
ini tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan waktu lebih lama.
Bahan tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus ditanam di dalam
pot. Pengambilan stek baru dapat dilakukan jika tanaman telah berumur 1-1,5
bulan dengan tinggi 25-30 cm. Stek disemaikan di persemaian. Apabila bibit
menggunakan hasil stek batang atau tunas daun, ambil dari tanaman yang sehat
dan baik pertumbuhannya.
3.2. Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur benar supaya perkembangan akar dan pembesaran umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat bedengan.
Pada lahan datar, sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah Barat-Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kimiringan tanah untuk mencegah erosi. Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman)/140 cm (2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. Lebar dan jarak antar bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas kentang yang ditanam. Di sekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
3.3.
Teknik Penanaman
3.3.1. Pemupukan Dasar
a) Pupuk dasar organik berupa kotoran ayam 10 ton/ha, kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha atau kotoran sapi 20 ton/ha diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b)
Pupuk anorganik berupa SP-36=400kg/ha.
3.3.2.
Cara Penanaman
Bibit
yang diperlukan jika memakai jarak tanam 70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha
dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar 30-45 gram.
Jarak tanaman tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan varietas lain 70 x 30 cm.
Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni, jika lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan. Penanaman dilakukan dipagi/sore hari.
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst.
Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang ditanam di dataran medium.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Untuk mengganti tanaman yang kurang baik, maka dilakukan penyulaman. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan dengan bibit produksi. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang mati/kurang baik tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama.
3.4.2.
Penyiangan
Lakukan
penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan
dengan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal
dua kali selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis
yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi.
3.4.3.
Pemangkasan Bunga
Pada
varietas kentang yang berbunga sebaiknya dipangkas untuk mencegah terganggunya
proses pembentukan umbi, karena terjadi perebutan unsur hara untuk pembentukan
umbi dan pembungaan.
3.4.4.
Pemupukan
Selain pupuk organik, maka pemberian pupuk anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa diberikan Urea dengan dosis 330 kg/ha, TSP dengan dosis 400 kg/ha sedangkan KCl 200 kg/ha. Secara keseluruhan pemberian pupuk organik dan anorganik adalah sebagai berikut:
Pupuk kandang: saat tanam 15.000-20.000 kg.
Pupuk anorganik
Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45 hari setelah tanam 165/365 kg.
SP-36: saat tanam 400 kg.
KCl: 21 hari setelah tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg.
Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.
Pupuk
anorganik diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari batang tanaman
kentang.
3.4.5.
Pengairan
Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak berlebihan. Pemberian air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk. Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang. Pengairan dilakukan dengan cara disiram dengan gembor/embrat/dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 15-20 menit).
3.5.
Hama dan Penyakit
3.5.1.
Hama
Ulat
grayak (Spodoptera litura)
Gejala:
ulat menyerang daun dengan memakan bagian epidermis dan jaringan hingga habis
daunnya. Pengendalian: (1) mekanis dengan memangkas daun yang telah ditempeli
telur; (2) kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion 50 EC.
Kutu
daun (Aphis Sp)
Gejala:
kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus
bagi tanaman kedelai. Pengendalian: dengan cara memotong dan membakar daun yang
terinfeksi, menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
Orong-orong
(Gryllotalpa Sp)
Gejala:
menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman
menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian: menggunakan tepung Sevin
85 S yang dicampur dengan pupuk kandang.
Hama
penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala:
pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang
yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang
bila dibelah, akan terlihat adanya lubang-lubang karena sebagian umbi telah
dimakan. Pengendalian: secara kimia menggunakan Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC,
Orthene &5 SP, Lammnate L.
Hama
trip ( Thrips tabaci )
Gejala:
pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, selanjutnya berubah menjadi
abu-abu perak dan kemudian mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun
yang masih muda. Pengendalian: (1) secara mekanis dengan cara memangkas bagian
daun yang terserang; (2) secara kimia menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC,
Diazenon, Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP.
3.5.2.
Penyakit
Penyakit
busuk daun
Penyebab:
jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau
kelabu dan agak basah, lalu bercak-bercak ini akan berkembang dan warnanya
berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang
merupakan sporangium. Selanjutnya daun akan membusuk dan mati. Pengendalian:
menggunakan Antracol 70 WP, Dithane M-45, Brestan 60, Polyram 80 WP, Velimek 80
WP dan lain-lain.
Penyakit
layu bakteri
Penyebab:
bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman
layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning. Pengendalian: dengan cara
menjaga sanitasi kebun, pergiliran tanaman. Pemberantasan secara kimia dapat
menggunkan bakterisida, Agrimycin atu Agrept 25 WP.
Penyakit
busuk umbi
Penyebab:
jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu layu
dan kering. Pada bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercak-bercak
berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk. Pengendalian:
dengan cara pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik.
Penyakit
fusarium
Penyebab:
jamur Fusarium sp. Gejala: infeksi pada umbi menyebabkan busuk umbi yang
menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang
penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan nematoda/faktor
mekanis. Pengendalian: dengan menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan
dan pendangiran. Pengendalian kimia dengan Benlate.
Penyakit
bercak kering (Early Blight)
Penyebab:
jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang biak
di daerah kering. Gejala: daun terinfeksi berbercak kecil yang tersebar tidak
teratur, berwarna coklat tua, lalu meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi
berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras. Pengendalian:
dengan pergiliran tanaman.
Penyakit
karena virus
Virus
yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun
menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3)
Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A
(PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM) menyebabkan mosaik
menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas. Gejala: akibat
serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecil-kecil/tidak
menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran virus
dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan
Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan nematoda. Pengendalian:
tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian
dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas
dan membakar tanaman sakit, memberantas vektor dan pergiliran tanaman.
3.6.
Panen
3.6.1.
Ciri dan Umur Panen
Umur
panen pada tanaman kentang berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas
tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur panennya 90-120 hari; varietas
medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180 hari.
Secara
fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna
kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit; batang tanaman telah
berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman yang siap panen
kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas
bila digosok dengan jari.
3.6.2.
Cara Panen
Waktu
memanen sangat dianjurkan dilakukan pada waktu sore hari/pagi hari dan
dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang baik adalah sebagai berikut:
cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi dengan hati hati dengan
menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh.
Hindari kerusakan mekanis waktu panen.
3.6.3.
Prakiraan Produksi
a)
Granola/Atlantis: produksi 35-40 ton/ha.
b)
Red Pontiac: produksi 15 ton/ha.
c)
Desiree: produksi 18 ton/ha.
d)
DTO: produksi 20 ton/ha.
e)
Klon no. 17: produksi 30-40 ton/ha.
f)
Klon no. 08: produksi 25-30 ton/ha.
3.7.
Pascapanen
3.7.1.
Penyortiran dan Pengolongan
Umbi
yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi yang cacat dan terkena penyakit.
Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Kentang
di sortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung varitas).
3.7.2.
Penyimpanan
Simpan
umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun rapi, sebaiknya ruangan tempat
penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri.
Simpan di tempat yang tertutup dan berventilasi.
3.7.3.
Pengemasan dan Pengangkutan
Alat
pengemas harus bersih dan terbuat dari bahan yang ringan. Pengemas harus
berventilasi dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan yang mengurangi benturan
selama pengangkutan.
3.7.4.
Pembersihan
Petani
konvensional hampir tidak pernah membersihkan umbi. Untuk memasarkan kentang di
pasar swalayan/ke luar negeri, kentang harus dibersihkan terlebih dulu.
Bersihkan umbi dari segala kotoran yang menempel dengan lap. Lakukan
perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan lecet-lecet. Selain itu umbi dapat
dibersihkan dengan cara dicuci di air mengalir yang tidak terlalu deras
kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih akan memperpanjang keawetan umbi
selain itu juga akan menarik konsumen.
IV.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
4.1.
Analisis Usaha Budidaya
Biaya
produksi 1 hektar kentang Granola adalah Rp. 15.500.000,-. Dalam satu musim
tanam dihasilkan kentang :
a)
Mutu ABC 18.000 kg (Rp.1.000/kg).
b)
Apkir 1.000 kg (Rp. 450/kg).
c)
Kecil 4.000 kg (Rp. 550/kg).
Keuntungan
dari satu periode tanam adalah sekitar Rp. 5.100.000,-Perkiraan biaya produksi
dan keuntungan budidaya 1 hektar kentang untuk satu musim tanam (6 bulan).
Analisis
budidaya kentang granola dengan luas lahan 1 ha untuk satu musim tanam (6
bulan) di daerah Bandung, Jawa Barat tahun 1999.
Jumlah
biaya produksi = Rp.31.350.000,-
Pendapatan:
80% x 20.000 tanaman x 1,5 kg @ Rp. 2.000,- = Rp.48.000.000,-
Keuntungan = Rp.16.650.000,-
4.2.
Gambaran Peluang Agribisnis
Di
awal krisis ekonomi harga komoditi kentang meningkat sampai lebih dari dua
kalinya. Saat ini ketika harga komoditi hortikultur lainnya seperti bawang daun
dan cabe menurun drastis, harga kentang di pasaran relatif masih sangat baik.
Kentang
adalah salah satu komoditi hortikultura yang harganya relatif stabil dan tidak
terlalu tergantung musim. Harga yang stabil ini lebih menjamin masa depan
agribisnis kentang daripada komoditi hortikultura lainnya.
Walaupun
Indonesia sudah mengekspor kentang ke Malaysia melalui Brastagi, peluang ekspor
ke negara lainnya harus diambil.
V.
STANDAR PRODUKSI
5.1.
Ruang lingkup
Standar
ini meliputi klasifikasi dan syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara
pengujian contoh, syarat penandaan dan pengemasan.
5.2.
Diskripsi
Kentang
yang segar adalah umbi batang dari tanaman kentang dalam keadaan utuh bersih
dan segar, sesuai dengan SNI-01-3175-1992
5.3.
Klasifikasi dan Standar Mutu
Menurut
ukuran berat, kentang segar digolongkan dalam:
a)
Kecil: 50 gram kebawah.
b)
Sedang: 51-100 gram.
c)
Besar: 101-300 gram.
d)
Sangat besar: 301 gram ke atas.
Menurut
jenis mutunya kentang segar digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu mutu I dan
mutu II.
a)
Keseragaman warna dan bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
b)
Keseragaman ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c)
Kerataan permukaan kentang: mutu I=rata; mutu II=tidak disyaratkan.
d)
Kadar kotor (bobot/bobot): mutu I=maksimum 2,5%; mutu II=maksimum 2,5%.
e)
Kentang cacat (bobot/bobot): mutu I=maksimum 5%; mutu II=maksimum 10%.
f)
Ketuaan kentang: mutu I=tua; mutu II=cukup tua.
Untuk
mendapatkan hasil kentang yang sesuai dengan standar maka dilakukan pengujian
Yang meliputi:
Penentuan
keseragaman ukuran kentang
Timbang
seluruh cuplikan, kemudian timbang tiap butir dalam cuplikan. Pisahkan
butir-butir yang beratnya diatas/dibawah ukuran berat yang telah ditentukan dan
timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir yang diatas/dibawah ukuran
berat masing-masing sama/kurang dari 5% maka contoh dianggap seragam.
Penentuan
kerataan permukaan kentang
Timbang
seluruh cuplikan dan ukur benjolan yang terdapat pada tiap butir dalam
cuplikan. Pisahkan butir-butir cuplikan yang mempunyai benjolan lebih dari 1 cm
sama/kurang dari 10% jumlah cuplikan maka cuplikan dianggap mempunyai permukaan
rata.
Penentuan
kadar kotoran
Timbanglah
sampai mendekati 0,1 gram sebanyak lebih kurang 500 gram cuplikan dalam wadah
yang telah ditera sebelumnya dan tuanglah kedalalam sebuah bak kayu yang
disediakan khusus untuk itu. Pilihlah kotoran-kotoran dan timbanglah berat
masing-masing.
Penentuan
cacat pada kentang segar
Timbang
seluruh cuplikan dan tentukan butir-butir kentang yang cacat. Pisahkan
butir-butir yang cacat dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat
butir-butir yang cacat sama/kurang dari 50%, maka cuplikan dianggap Mutu I dan
bila sama/kurang dari 10% maka cuplikan dianggap Mutu II.
Penentuan
ketuaan pada kentang segar
Timbanglah
seluruh cuplikan dan tentukan butir contoh yang tua/cukup tua. Pisahkan butir
yang tua/cukup tua dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat butir contoh
yang kulitnya mengelupas beratnya lebih dari ¼ bagian permukaannya sama/kurang
dari 5%, maka cuplikan dianggap tua dan bila sama/kurang dari 10%, maka
cuplikan dianggap cukup tua.
5.4.
Pengambilan Contoh
Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat berikut ini. Tiap
kemasan diambil contoh sebanyak 10 kg dari bagian atas, tengah dan bawah.
Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi
menjadi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan
beberapa kali sampai contoh mencapai 10 kg.
a)
Untuk jumlah kemasan dalam lot 1 sampai 3, contoh yang diambil semua.
b)
Untuk jumlah kemasan dalam lot 4 sampai 25, contoh yang diambil 3.
c)
Untuk jumlah kemasan dalam lot 26 sampai 50, contoh yang diambil 6.
d)
Untuk jumlah kemasan dalam lot 51 sampai 100, contoh yang diambil 8.
e)
Untuk jumlah kemasan dalam lot 101 sampai 150, contoh yang diambil 10.
f)
Untuk jumlah kemasan dalam lot 151 sampai 200, contoh yang diambil 12.
g)
Untuk jumlah kemasan dalam lot 201 atau lebih, contoh yang diambil 15.
Petugas
pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang berpengalaman atau
dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan badan hukum.
5.5.
Pengemasan
Kentang
disajikan dalam bentuk utuh dan segar. Dikemas dengan keranjang/bahan lain
dengan berat netto maksimum 80 kg dan ditutup dengan anyaman bambu kemudian
diikat dengan tali rotan/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan.
Di
dalam keranjang atau kemasan diberi label yang bertuliskan :
a)
Nama barang.
b)
Jenis mutu.
c)
Nama/kode perusahaan/eksportir.
d)
Berat netto.
e)
Produksi Indonesia.
f)
Negara/tempat tujuan.
Budidaya
kentang juga dapat dilakukan dipekarangan rumah baik langsung di tanah atau
juga dalam pot atau polibeg. caranya tetap sama dengan cara budidaya di lahan
darat diatas.