3.1.1
Perbanyakan Benih
Kentang
Bibit Tanaman kentang G0 dapat
berasal dari plantlet, umbi, perbanyakan melalui stek batang dan stek tunas
daun.
a.
Plantlet
Plantlet berasal dari kultur jaringan yang
dikembangkan oleh Balai Pengembangan Benih Kentang ( BPBK ) Pangalengan.
b.
Umbi
Umbi bibit berasal dari umbi produksi berbobot
30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua antara 150-180 hari, umur tergantung
varietas, tidak cacat, umbi baik, varitas unggul. Umbi disimpan di dalam
rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik (kelembaban 80-95%). Lama penyimpanan
6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25ยบ C. Pilih umbi dengan
ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas.
Gunakan umbi yang akan digunakan sebagai bibit
hanya sampai generasi keempat saja. Setelah bertunas sekitar 2 cm, umbi siap
ditanam. Berat bibit antara 30-45 gram dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat
dilakukan tanpa dan dengan pembelahan. Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4
potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum tanam umbi yang dibelah harus
direndam dulu di dalam larutan Dithane M-45 selama 5-10 menit. Walaupun
pembelahan menghemat bibit, tetapi bibit yang dibelah menghasilkan umbi yang
lebih sedikit daripada yang tidak dibelah. Hal tersebut harus diperhitungkan
secara ekonomis.
c.
Stek Batang dan Stek Tunas
Cara ini tidak biasa dilakukan karena lebih rumit dan memakan
waktu lebih lama. Bahan tanaman yang akan diambil stek batang/tunasnya harus
ditanam di dalam pot. Pengambilan stek baru dapat dilakukan jika tanaman telah
berumur 1-1,5 bulan dengan tinggi 25-30 cm. Stek disemaikan di persemaian.
Apabila bibit menggunakan hasil stek batang atau tunas daun, ambil dari tanaman
yang sehat dan baik pertumbuhannya.
3.1.2
Penanaman dan Pemupukan
Dasar
Penanaman bibit di lakukan secara aeroponik dan
konvensional. Penanaman secara konvensional dilakukan dalam seedbed dengan
populasi 160 tanaman per seedbed.
Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam
70 x 30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi bibit berbobot sekitar
30-45 gram.
Waktu tanam yang tepat adalah diakhir musim hujan
pada bulan April-Juni, jika lahan memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang
dapat ditanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan. Penanaman
dilakukan dipagi/sore hari.
Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 8-10 cm.
Bibit dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di
sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst.
3.1.3
Pemeliharaan Tanaman
Kentang
a.
Penyulaman
Untuk mengganti tanaman yang kurang baik, maka
dilakukan penyulaman. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur 15
hari. Bibit sulaman merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan
dengan bibit produksi. Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang
mati/kurang baik tumbuhnya dan ganti dengan tanaman baru pada lubang yang sama.
b.
Penyiangan
Lakukan penyiangan secara kontinyu dan sebaiknya
dilakukan 2-3 hari sebelum/bersamaan dengan pemupukan susulan dan penggemburan.
Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Penyiangan
harus dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal dan pembentukan umbi.
c.
Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang berbunga sebaiknya
dipangkas untuk mencegah terganggunya proses pembentukan umbi, karena terjadi
perebutan unsur hara untuk pembentukan umbi dan pembungaan.
3.1.4
Pemupukan
Selain pupuk organik, maka pemberian pupuk
anorganik juga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk yang biasa
diberikan NPK dengan dosis 150 gr/seedbed, SP dengan dosis 75 g/seedbed. Secara
umum pemberian pupuk organik dan anorganik adalah sebagai berikut:
-
Pupuk kandang: saat tanam 15.000-20.000 kg.
-
Pupuk anorganik Urea/ZA: 21 hari setelah tanam 165/350 kg dan 45
hari setelah tanam 165/365 kg. SP-36: saat tanam 400 kg. KCl: 21 hari setelah
tanam 100 kg dan 45 hari setelah tanam 100 kg.
Pupuk cair: 7-10 hari sekali dengan dosis sesuai anjuran.
Pupuk anorganik diberikan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari
batang tanaman kentang.
3.1.5
Pengairan
Tanaman kentang sangat peka terhadap kekurangan
air. Pengairan harus dilakukan secara rutin tetapi tidak berlebihan. Pemberian
air yang cukup membantu menstabilkan kelembaban tanah sebagai pelarut pupuk.
Selang waktu 7 hari sekali secara rutin sudah cukup untuk tanaman kentang.
Pengairan dilakukan dengan cara irigasi sprinkler.
3.1.6
Hama dan Penyakit
1)
Hama
-
Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun dengan memakan bagian epidermis dan
jaringan hingga habis daunnya. Pengendalian: (1) mekanis dengan memangkas daun
yang telah ditempeli telur; (2) kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion
50 EC.
-
Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga
dapat menularkan virus bagi tanaman kedelai. Pengendalian: dengan cara memotong
dan membakar daun yang terinfeksi, menyemprotkan Roxion 40 EC, Dicarzol 25 SP.
-
Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman
muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri. Pengendalian:
menggunakan tepung Sevin 85 S yang dicampur dengan pupuk kandang.
-
Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: pada daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya
jalinan seperti benang yang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus
ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, akan terlihat adanya lubang-lubang
karena sebagian umbi telah dimakan. Pengendalian: secara kimia menggunakan
Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC, Orthene &5 SP, Lammnate L.
-
Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak berwarna putih,
selanjutnya berubah menjadi abu-abu perak dan kemudian mengering. Serangan
dimulai dari ujung-ujung daun yang masih muda. Pengendalian: (1) secara mekanis
dengan cara memangkas bagian daun yang terserang; (2) secara kimia menggunakan
Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP.
2)
Penyakit
-
Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala: timbul
bercak-bercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah, lalu bercak-bercak
ini akan berkembang dan warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan
bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium. Selanjutnya daun akan
membusuk dan mati. Pengendalian: menggunakan Antracol 70 WP, Dithane M-45,
Brestan 60, Polyram 80 WP, Velimek 80 WP dan lain-lain.
-
Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala: beberapa daun
muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning.
Pengendalian: dengan cara menjaga sanitasi kebun, pergiliran tanaman.
Pemberantasan secara kimia dapat menggunkan bakterisida, Agrimycin atu Agrept
25 WP.
-
Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes. Gejala: daun menguning dan
menggulung, lalu layu dan kering. Pada bagian tanaman yang berada dalam tanah
terdapat bercak-bercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi
muda busuk. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan
penggunaan bibit yang baik.
-
Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala: infeksi pada umbi menyebabkan
busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang
di gudang penyimpanan. Infeksi masuk melalui luka-luka yang disebabkan
nematoda/faktor mekanis. Pengendalian: dengan menghindari terjadinya luka pada
saat penyiangan dan pendangiran. Pengendalian kimia dengan Benlate.
-
Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman
sakit dan berkembang biak di daerah kering. Gejala: daun terinfeksi berbercak
kecil yang tersebar tidak teratur, berwarna coklat tua, lalu meluas ke daun
muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut
dan keras. Pengendalian: dengan pergiliran tanaman.
-
Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV)
menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten
pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4)
Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M (PVM)
menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik
lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan
umbi kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan
mati. Penyebaran virus dilakukan oleh peralatan pertanian, kutu daun Aphis
spiraecola, A. gossypii dan Myzus persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella
dan nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus,
pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus,
membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, memberantas
vektor dan pergiliran tanaman.
3.1.7
Panen dan Pasca Panen
-
Ciri dan Umur Panen
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara
90-180 hari. Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila daunnya
telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit;
batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain itu tanaman
yang siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi, kulit tidak
cepat mengelupas bila digosok dengan jari.
-
Cara Panen
Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada
waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang
baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi
dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi
ditempat yang teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen.
3.1.8
Penyortiran dan
Pengolongan
Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi
yang cacat dan terkena penyakit. Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit
kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung
varietas).
3.1.9
Penyimpanan
Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun
rapi, dir uangan tempat penyimpanan (Coolstorage)
dibersihkan dan disterilisasi dahulu agar terbebas dari bakteri. Simpan di
tempat yang tertutup dan berventilasi.