Indonesia mempunyai
banyak jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan antara lain daun
peci beling, daun kumis kucing, daun sirih, rimpang kunyit, rimpang temulawak,
cengkeh dan salahsatunya yaitu tanaman mimba (Azadirachta indica)
(Rukmana, 2002).
Tanaman mimba tidak menghasilkan
buah yang enak dimakan atau daun yang enak disayur. Bagian tanaman yang banyak
dimanfaatkan adalah biji, yaitu digunakan sebagai pestisida alami yang ramah
lingkungan dan tidak mempunyai efek racun bagi manusia serta tidak membunuh
hewan lain yang bukan sasaran. Bagian tanaman lain yang banyak digunakan adalah
daun mimba, terutama dimanfaatkan sebagai obat (Sukarsono, 2003). Menurut
Hutapea (1993), daun Azadirachta indica berkhasiat
sebagai obat demam dan untuk menguatkan badan. Keadaan demam sejak zaman
Hippocrates sudah diketahui sebagai pertanda penyakit. Demam adalah manifestasi
sistemik yang sering terlihat pada respon peradangan dan merupakan gejala utama
penyakit infeksi. Salahsatu penyakit infeksi yang terjadi di masyarakat dan
dapat mengakibatkan demam adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang
salahsatunya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.
Tanaman Mimba (Azadirachta
indica A. Juss)
Daun Mimba rasanya pahit, berkhasiat sebagai penurun panas
(antipiretik) dan antirematik. Kandungan kimia daun mimba antara lain
azachdirichtin, minyak gliserda, asam asetiloksituranoe, dan senyawa lain untuk
mengobati diabetes mellitus, hepatitis, kanker, liver, eksim dan penambah nafsu
makan. Daun Mimba juga mengandung bahan aktif flavonoida, triterpenoid,
glokosida, dan senyawa antivirus (Agus, 2011).
Klasifikasi Tanaman Mimba (Azadirachta
indica A. Juss)
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman mimba
menurut Rukmana (2002), adalah sebagai berikut :
Devisio
: Spermatophyta
Sub
devisio : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Rutales
Famili
: Meliaceae
Genus
: Azadirachta
Spesies
: Azadirachta indica A. Juss
Berdasarkan literatur
yang ada dari famili meliaceae, telah dikenal tiga tanaman kerabat dekat
tanaman mimba yaitu tanaman mindi (Melia azedarach),
suren (Toona sureni) danXylocarpos molucensis.
Dibandingkan ketiga jenis tanaman tersebut, akhir-akhir ini tanaman mimba
paling banyak diteliti karena bahan aktif yang terdapat di dalamnya sangat
berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional (Rukmanan, 2002).
Sejarah Mimba di Indonesia
Menurut Rukmana (2002), daerah utama tanaman mimba adalah di
kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara. Plasma nutfah tanaman mimba banyak
ditemukan di India dan Thailand. Menurut Sukarsono (2003), beberapa ahli
berpendapat bahwa mimba merupakan tanaman asli India. Ahli lainnya menyatakan
bahwa mimba tersebar di hutan-hutan diwilayah Asia Tenggara dan Asia Seletan
termasuk Pakistan, Srilanka, Thailand, Malaysia serta Indonesia.
Tanaman mimba banyak terdapat di jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Bali dan NTB. Pada umumnya tanaman mimba digunakan sebagai tanaman
peneduh jalan, sering dijumpai di tepi-tepi jalan di kota-kota yang panas dan
kering misalnya Jepara, Rembang, Situbondo dan Pamekasan. Di Indonesia, mimba
paling banyak ditanam di Bali jumlahnya diperkirakan kurang lebih 500.000 pohon
(Kardinan dan Ruhnayat, 2003). Tanaman mimba dikenal sebagai “Neeb” dalam
bahasa Urdu dan Hindi, “Mimba” dalam bahasa Sansekerta, “Neeb” dalam bahasa
Arab, “Azaddirecsit” dalam bahasa Persia dan “Margosa” dalam bahasa Inggris. Di
Indonesia dikenal sebagai mimba (Heyne, 1987).
Morfologi Tanaman Mimba
Tabel . Morfologi
Tanaman Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Bagian
Tanaman
|
Penjabaran
|
Habitus
|
Pohon, tinggi 10-15 m.
|
Batang
|
Tegak, berkayu bulat, permukaan
kasar, percabangan simpodial, coklat.
|
Daun
|
Majemuk, berhadapan, lonjong,
melengkung, tepi bergerigi, ujung lancip, pangkal meruncing, pertulangan
menyirip, panjang 5-7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai panjang 8-20 cm, hijau.
|
Bunga
|
Majemuk, berkelamin dua, di ujung
cabang, tangkai silindris, panjang 8-15 cm, kelopak hijau, benang sari
silindris, puih kekuningan, putik lonjong, coklat muda, mahkota halus, putih.
|
Buah
|
Bulat telur, hijau.
|
Biji
|
Bulat, diameter ± 1 cm, putih.
|
Akar
|
Tunggang, coklat.
|
(Hutapea, 1993)
Komposisi Kimia Daun Mimba
Daun dan kulit Azadirachta indica mengandung saponin, di samping
itu daunnya juga mengandung flavonoida dan tanin (Hutapea, 1993).
1.
1. Tanin
Tanin yang dikandung mimba merupakan kelompok derivat dari fenol
yang mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Senyawa fenol
cenderung larut air karena pada umumnya berikatan dengan gula sebagai glikosida
yang biasanya terdapat dalam vakuola sel dan kelarutannya dalam air akan bertambah
jika gugus hidroksil semakin banyak. Makin murni tanin, makin kurang
kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal
(Sihombing, 2000).
Tanin juga berfungsi sebagai desinfektan yang mampu menghambat
pertumbuhan organisme (bakteriostatik) dan mampu mematikan suatu organisme.
Adapun fungsi tanin yaitu sebagai pelindung dehidrasi, proses pembusukan, dan
mengurangi pembengkakan. Pada kadar tanin yang tinggi, tanin mempunyai arti
pertahanan pada tumbuhan yaitu mengusir hewan pemangsa tumbuhan. Di dalam
tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma sehingga
apabila hewan memakan tumbuhan yang mengandung tanin, maka reaksi penyamakan
akan terjadi. Reaksi penyamakan inilah yang akan menyebabkan jaringan pada
hewan akan rusak. Oleh karena itu, sebagaian besar tumbuhan yang mengandung
tanin dihindari oleh herbivora karena rasanya yang sepat (Harbourne, 1989).
1.
2. Flavonoid
Flavonoid adalah salah
satu grup dari polifenol alami yang terdiri dari 3000 struktur yang mempunyai
inti flavon C-15 yang sama yaitu dua cincin benzene (A dan B) yang berikatan
dengan oksigen. Efek medicinal dari flavonoid mencakup efek meningkatkan integritas
vaskuler, anti trombotik, vasodilator, antivirus (Robinson, 1995). Menurut
Jawetz et al., (1992) fenol dan banyak senyawa fenolik
merupakan unsur-unsur antibakteri yang kuat. Pada konsentrasi yang biasa
digunakan, fenol dan derivatnya menimbulkan denaturasi protein. Dari kandungan
flavonoidnya inilah, daun mimba (Azadirachta indica A. Juss)
dapat digunakan sebagai antimikroba.
1.
3. Saponin
Menurut Gunawan dan Mulyani (2004),
glikosida saponin adalah glikosida yang aglikonnya berupa sapogenin. Glikosida saponin
bisa berupa saponin steroid atau saponin triterpenoida. Saponin tersebar luas
di antara tanaman tinggi. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk,
menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir.
Saponin juga bersifat bisa menghancurkan butir darah merah lewat reaksi
hemolisis.
Saponin jika terhidrolisis akan menghasilkan aglikon yang
disebut sapogenin yang merupakan senyawa yang mudah dikristalkan lewat
asetilasi sehingga dapat dimurnikan dan dipelajari lebih lanjut. Saponin yang
berpotensi keras atau beracun seringkali disebut sapotoksin. Saponin
mengakibatkan hemolisis, sehingga relatif berbahaya bagi semua organisme bila
saponin diberikan secara parenteral. Setengah sampai beberapa mg/kgBB saponin
dapat berakibat fatal dan mematikan pada pemberian intravena. Begitupula
pemakaian sterol-saponin kompleks dalam jangka panjang akan mematikan bila
diberikan secara parenteral. Pengaruh terhadap alat pernapasan dapat dibuktikan
dengan kenyataan digunakannya obat yang mengandung saponin untuk mencari ikan
oleh rakyat yang primitif. Kadar saponin yang sangat kecil pun mampu
melumpuhkan fungsi pernafasan dari insang (Gunawan dan Mulyani, 2004). Saponin
memiliki kegunaan dalam pengobatan, terutama karena sifatnya yang mempengaruhi
absorbsi zat aktif secara farmakologis.
Kegunaan Tanaman Mimba
Selain biji, daun mimba
mempunyai manfaat yang banyak terutama dalam dunia kesehatan. Penggunaan secara
tradisional di Indonesia kurang populer. Hal ini karena masih rendahnya hasil
penelitian yang mendukung penggunaan mimba sebagai tanaman obat. Tanaman obat
di Indonesia berkembang secara turun-temurun berdasar pengalaman. Menurut
Hutapea (1993), daun Azadirachta indica berkhasiat
sebagai obat untuk mengatasi demam dan untuk menguatkan badan. Untuk obat demam
dipakai kira-kira 10 gram daun segar Azadirachta indica,
dicuci, kemudian direbus dengan 1 gelas air selama 15 menit. Setelah hasil
rebusan tersebut dingin, kemudian disaring. Hasil dari saringan tersebut
diminum sekaligus.
Daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) mengandung zat-zat aktif
seperti flavonoid, tanin dan saponin. Flavonoid adalah salah satu grup dari
polivenol alami (Robinson, 1995). Jawetz et al., (1992),
menyatakan fenol dan banyak senyawa fenolik merupakan unsur-unsur antibakteri
yang kuat. Daun mimba mempengaruhi pertumbuhan Staphylococcus
aureus, yaitu salah satu bakteri penyebab ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) semakin tinggi konsentrasi dekok daun mimba (Azadirachta indica A. Juss) maka akan semakin rendah
pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus. Akibat
kerja dari flavonoid, tanin, dan saponin yang terdapat dalam daun mimba,
menyebabkan rusaknya membran sitoplasma Staphylococcus aureus.
Rusaknya membran sitoplasma menyebabkan ion anorganik yang penting ,
nukleotida, koenzim, dan asam amino merembes keluar sel, serta mencegah
masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk
menghasilkan energi (Volk dan Wheeler, 1993).
Pembudidayaan Mimba (Azadirachta
indica A. Juss).
Pembudidayaan tumbuhan mimba dapat ditempuh dengan cara:
1.
Memilih bibit yang unggul, sehingga diperoleh tumbuhan mimba
yang tahan hama serta menghasilkan daun yang bagus dan sehat.
2.
Setelah diperoleh bibit, kita bisa menyiapkan tanah untuk
pembibitan. Pilih tanah yang gembur dan mempunyai unsur hara yang cukup. Campur
tanah dengan pupuk kimia atau pupuk kompos secukupnya dan aduk sampai semua
campuran tercampur dan merata.
3.
Masukkan tanah kedalam pollibag yang sudah dilubangi
bagian bawahnya sebagai saluran keluarnya air. Setelah semuanya selesai, tanam
bibit tumbuhan mimba ke dalam pollibag atau pot yang sudah diisi tanah.
4.
Letakkan bibit yang sudah ditanam pada tempat yang mendapat
cukup cahaya matahari dan sirami tanaman secara teratur.
5.
Diperiksa apakah ada serangga atau hama yang merusak tanaman
mimba tersebut, dan digunakan pestisida yang aman untuk membasmi hama dan
serangga apabila diperlukan. Apabila tumbuhan sudah mulai besar bisa
dipindahkan kedalam pot ataupun langsung ditanam di tanah atau lahan yang
tersedia.
http://jamu.biologi.ub.ac.id